14.1.10

Kematian Pemain Organ

"Akhir suatu hal lebih baik dari pada awalnya..." (Pengkhotbah 7:8)

Filipi 3:1b-16

Pemain organ di sebuah gereja Katolik di Malang itu telah melayani sekian puluh tahun di gerejanya. Ia terkenal saleh dan bergaya hidup sederhana. Banyak orang mengenalnya sebagai pribadi yang santun dan bersahaja.

Suatu ketika ia mengalami serangan jantung. Saat itu ia sedang bermain organ. Beberapa mata yang menyaksikan momen itu melihatnya sedang sesak nafas, dan perlahan-lahan menggeliat, menundukkan kepala, dan akhirnya suasana ibadah kacau sejenak akibat kepalanya menghantam tuts-tuts organ.

Ia kemudian dilarikan ke rumah sakit, dan dalam perjalanan menuju ke sana, ia pergi untuk selama-lamanya.

Kepergian ini membuat segenap keluarganya panik. Anaknya yang masih TK terpaksa dibawa ke Batu, ke rumah saudaranya, agar tidak histeris melihat kepergian ayahnya. Begitu cepat dan serba tiba-tiba kepergian ini terjadi. Kesedihan menjalar cepat di seluruh keluarga, juga jemaat yang ditinggalkan.

Akhir hidup yang tak tahu kapan kita jelang, sudahkah kita sering memikirkannya? Beberapa orang bahkan tak pernah berpikir tentang kematian. Mari kita waspada. Kedapatan setia ketika nyawa kita diambil adalah suatu hal yang penting untuk senantiasa ada di benak kita.

Akhir hidup yang memuliakan Allah mungkin tak harus dalam suasana yang tampaknya rohani, seperti bermain organ di gereja. Tuhan ingin apa pun yang kita perbuat didasari dengan niat untuk memuliakan-Nya. Karena, seperti kata Paulus, "... hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan." (~s.n~)

No comments: