8.12.09

terima kasih, telah menganggap hidupku tak penting

: dua fragmen pengabaian

terima kasih, karena kau membuatku sadar
hidup ini tak sekedar mengejar mimpi
namun juga menakar arti caci-maki
dalam menyejatikan jati-diri

terima kasih, karena dalam tiap doamu
aku tak pernah kausebut dan kauingat
walau aku pernah memintamu sesekali bersyafaat
kaulupakan aku... aku tak melintas-lewat

terima kasih, karena kau selalu diam saja
dan menganggap sepi semua kemurahanku
kau tahu bahwa itu semua tak penting bagimu
dan bahwa hidupmu akan jauh lebih berwarna tanpaku

terima kasih, karena kau menyadarkanku pada kuasa waktu
yang mengurai makna derai tawa dan tangisku yang bising

kususur jejak-langkah yang sebelumnya hening
dan kini aku bersyukur, seraya sedikit merinding
: terima kasih, telah menganggap hidupku tak penting

***

lalu kulihat sebidang tanah di bumi terkoyak malam ini
dari sana muncul wajah-wajah buas hitam dan merah
mata membara, badan penuh luka, dan seringai amarah
menyatu dalam sosok-sosok tanpa raga yang tampak gerah

aku mengenal satu orang di antara mereka
: ada di buku sejarah! ada di buku pelajaran!
terkenal pekikannya, singa muda julukannya
dan ia kini membariskan para wajah: "maju jalan!"

para wajah menghentakkan kaki dengan seragam
langkah mereka terayun cepat, makin cepat, dan terbang!
di sebuah istana di pusat kota mereka berada sekarang
kunantikan apa yang akan dilakukan mereka dalam berang

"jikalau mereka yang hidup lupa memperjuangkan keadilan,
biarlah kami yang sudah mati bangkit menentang kesewenangan!"

demi tuhan, ngeri namun bergairah kudengar sorak dan riuh
yang membahana, kisruh, bising dan menggemuruh!

terima kasih, telah menganggap hidupku tak penting
tapi kini, aku tak lagi hanya menyusur jejak-langkah yang hening
aku pun memadu bising bersama sederetan wajah gerah
: "sialan kau penguasa! becuslah sedikit menangani resah!"

***

sidoarjo, 7 desember 2009, menjelang tengah malam
catatan: awalnya ingin membuat puisi ini diiringi lagunya afgan: "terima kasih cinta" -- tapi kok gak pas. nah, akhirnya, puisi ini lahir ditemani lagunya metallica: "sad but true" -- pas banget.

No comments: