4.11.09

Dua Baju untuk Boneka Jessica

Pengantar: Cerpen anak ini pertama-tama ditulis untuk Jessica Lestari, keponakanku, saat dia berusia hampir tiga tahun dan mulai lancar bicara. Ke mana-mana Jessica selalu membawa sebuah boneka Teddy warna putih yang ia beri nama Pepeng.

JESSICA ulang tahun! Kini dia berusia tiga tahun! Sebagai hadiah ulang tahunnya, aku memberikan sebuah boneka Teddy Bear yang agak besar. Betapa ia senang dengan pemberian itu. Setiap hari ia tidur sambil memeluk boneka itu. Aku dan ibu senang sekali bila melihatnya tertidur pulas.

Seminggu setelah ulang tahunnya, aku, Ibu dan Jessica pergi ke pasar untuk membeli beberapa kebutuhan kami. Ketika kami mampir ke toko pakaian, Jessica memperhatikan sebuah baju kecil untuk bayi yang dipajang di etalase toko itu. Ia tak mengatakan apa-apa. Ibu membelikan Jessica beberapa pakaian baru untuk di rumah.

"Kak...," kata Jessica ketika ia mau tidur di malam hari.

"Ada apa, Dik?" kataku.

"Bonekaku kelihatannya kalau malam kedinginan. Kacian ya.... Mau tidak Kakak belikan baju untuknya?"

Oh tahulah aku mengapa tadi siang ia memperhatikan baju itu. Aku berpikir sejenak. Ya, anak kecil memang pikirannya kadang-kadang tak bisa ditebak.

"Boneka kan benda mati, Jessica. Boneka tidak bisa kedinginan," kataku menjelaskan.

Tapi Jessica berkilah. "Manucia caja bica kedinginan, apalagi boneka!"

Aku menjelaskan juga kepadanya bahwa boneka tak mempunyai nyawa dan perasaan, tapi ia tetap berkilah. Akhirnya, ia tidur juga, walaupun dengan wajah agak merengut.

Malang, kotaku, memang dingin, apalagi di awal musim hujan seperti sekarang. Jessica baru saja sembuh dari sakit. Salah satu penyebab sakitnya juga hawa dingin di kota ini. Jessica tampaknya tak ingin bonekanya sakit.

Ketika bangun di pagi hari Jessica merengut. Ibu juga telah mengetahui kalau Jessica ingin bonekanya dipasangi baju. Tapi, ibu mengatakan kalau belum sempat pergi ke pasar.

Ibuku menjadi guru di sebuah SD swasta. Ayahku kerja di luar kota, seminggu sekali baru pulang ke Malang. Aku sendiri sudah sekolah kelas 5 SD sekarang. Bila kami semua pergi, Jessica diasuh oleh nenekku.

"Nanti ibu belikan baju yang cocok buat adikmu ya," kata Ibu pagi itu.

"Benelan? Nanti Jeci tunggu lho...."

"Iya, pasti ibu belikan. Biar tidak kedinginan."

"Aciiik.... Bonekaku cayang... jangan cakit ya.... Kakak akan celalu melindungimu," kata Jessica kepada boneka itu sambil memeluknya dan membawanya ke mana-mana. Ia selalu menganggap boneka itu adiknya. Aku dan ibu berpandangan sambil tersenyum melihat tingkah Jessica.

Ketika ibu kembali ke rumah, ternyata ibu lupa membelikan baju untuk boneka Jessica. Ibu pulang agak terlambat karena rapat. Setelah rapat, ia lupa ke pasar! Jessica menangis tersedu-sedu. Kasihan sekali, dia kecewa. Tapi untunglah ia segera mengantuk, dan kemudian tidur. Sore harinya ibu tak sempat membelikan baju kecil itu untuk Jessica karena arisan. Ibu merasa bersalah.

"Sayang, ibu minta maaf ya. Besok pasti ibu belikan."

"Benelan? Jangan lupa lagi lho.... Nanti kacian bonekanya nangic."

"Ya, pasti ibu belikan, Nak."

Malam itu Jessica tidur dengan riang setelah sebelumnya ia berkata, "Dik, becok kamu gak kedinginan lagi. Malam ini tidul dengan tenang ya...."

***

KETIKA pulang sekolah, aku mendapati Jessica sedang memotong-motong kain lap yang ada di dapur seorang diri. Nenek sedang memasak di dapur.

"Untuk apa ini, Dik?"

"Untuk bikin baju Teddy," katanya.

"Jessica dari tadi mengguntingi lap itu. Tadi nenek sudah mencegahnya, tapi dia selalu melawan," kata Nenek. "Dia takut mamanya lupa lagi; terus nanti malam bonekanya kedinginan."

Aku berpikir sejenak. Dan... aku dapat ide!

"Kakak dulu punya kain yang tidak terpakai lho. Kainnya berwarna-warni. Ini kan kainnya jelek kalau untuk Teddy. Nanti Teddy kasihan karena bau kainnya enggak sedap."

"Maca cih? Mana kainnya?"

"Ada di lemari. Yuk kita lihat!"

Mata Jessica berbinar-binar ketika kain itu kutunjukkan kepadanya. Berwarna biru, merah dan hijau dengan garis-garis oranye. Ada juga gambar hati merah muda bertaburan acak di seluruh kain. Kain itu dulu akan kupakai untuk membuat celana pendek, tapi tidak jadi.

"Waaah, kita buat baju Teddy pakai kain ini? Wiiih, baguc cekaleee. Yuk kita buat!" katanya penuh semangat.

"Jangan kita yang buat, kan ada Pak Sodik yang bisa menjahit."

"Oh iya, ya.... Kita ke cana yuk!"

Siang itu aku dan Jessica membawa Teddy dan kain itu ke Pak Sodik, tukang jahit yang tinggal dekat perumahan kami. Kami berdua berjalan kaki. Kugandeng tangan adikku itu dengan sepenuh rasa sayang. Untunglah Pak Sodik cukup sabar sehingga ia mau saja ketika diminta membuatkan baju untuk boneka Jessica.

"Nanti malam paling sudah jadi. Datanglah ke sini. Ongkosnya lima ribu saja."

Kami lalu pulang. Ketika sampai di rumah, ibu juga datang dari sekolah.

"Bu... Bu... tadi aku cama kakak menjahit baju untuk adik!" katanya riang menyambut ibu.

"Oh ya? Ini ibu juga membawa sebuah baju kecil untuk adikmu."

"Mana, Bu?" tanya Jessica tak sabar.

Lalu ibuku menunjukkan sebuah baju kecil yang berwarna merah muda dan biru. Dan, aku ingat, itulah baju yang dipandangi Jessica ketika beberapa hari lalu kami pergi ke pasar.

"Ohhh, ini kan baju yang aku lihat dulu! Baguc cekaaaleee!"

Ibu dan aku berpandangan sambil tersenyum. Ah, ternyata ibu juga tahu kalau waktu itu Jessica melihati baju itu.

"Telima kacih, Bu! Telima kacih!"

"Nah, berarti adik kita ini sekarang punya dua baju. Nanti kalau salah satu bajunya kotor harus diganti dengan yang lain. Ingat itu, Jessi?" kata ibu.

Jessica tak menjawab apa-apa, hanya mengangguk dengan wajah senang. Ia lalu masuk ke kamar dan berteriak, "Hole!" berulang-ulang. Ia gembira sekali. Ibu dan aku hanya geleng-geleng kepala.

Beberapa saat kemudian Jessica menyanyikan lagu yang ia karang sendiri: "Betapa cenang hatiku, adikku punya dua baju."

***

Sidik Nugroho, Malang, 2007

1 comment:

Vicky said...

Boneka kok dipakein baju, kok nggak sekalian di-make up-in dan disemprotin minyak wangi..