5.10.09

menghitung jerawatmu, kala senja itu

: mengenang sebuah adegan di sebuah warung di payung, batu, beberapa tahun silam

punggung tanganku hangat banget
akibat sepoi nafasmu,
ketika sebuah jariku menghitung beberapa bintik jerawat
di sekitar pipimu.

kita telah lelah mengisi jeda dialog dengan desah panjang,
atau sesekali lirikan
: aku meliriki tangan kananmu, kau meliriki tangan kiriku.

"dua belas biji," kataku. "kayak jumlah murid yesus. tapi kecil-kecil kok jerawatmu, dik."

tadi di hitungan kesembilan,
jariku akhirnya kusentuhkan ke pipimu.

di hitungan kesepuluh,
kau terpejam.

di hitungan kesebelas,
aku menggeser dudukku.
dekat-dekat ah...

di hitungan keduabelas,
senja usai
dan, lho... hujan kok tiba-tiba turun?

"lampu-lampu menyala!" kataku dua kali.
matamu terbuka, wajahmu pun bagai bercahaya.
di pundakku aku mengendus bau sampo.
sebagian rambutmu bikin geli sebagian leherku.

"sekarang gantian, mas," katamu sambil memegang tanganku. "aku ingin menghitung jumlah rambut di tanganmu. boleh kan?"

aneh, aku jadi mecucu sambil tersenyum.

sidoarjo, hari abri 2009


2 comments:

Vicky said...

Waah..ketahuan tangannya buluan! :-P

Sidik Nugroho said...

dikit koook... makanya kutulis: "aneh, aku jadi mecucu sambil tersenyum." :-D