5.6.09

Katak yang Ingin Terbang Tinggi

Cerpen Anak oleh Sidik Nugroho

TARJO adalah katak yang cukup populer di sebuah hutan yang kecil. Sebabnya ia kenal dengan hewan-hewan yang ada di darat. Ia juga kenal dengan hewan-hewan yang ada di sungai. Teman dekatnya adalah kura-kura bernama Wawa.

“Wa, aku ingin bisa hidup di udara juga!” kata Tarjo suatu ketika.

“Kenapa begitu, Jo? Bukannya kita mesti bersyukur karena sudah bisa tinggal di darat dan sungai?” tanya Wawa.

“Bersyukur sih bersyukur, Wa. Tapi rasanya Jenny akan sangat bangga padaku kalau aku bisa melayang-layang di udara.”

Jenny adalah seekor katak betina yang menurut Tarjo sangat cantik. Wawa bingung harus berkata apa. Dia tahu kalau Tarjo sangat ingin mendapat perhatian Jenny. Selama ini Jenny memang agak sering menghindar dari Tarjo karena Tarjo dianggapnya sok tahu, sok sibuk dan sok akrab dengan semua hewan lain.

“Jo,” akhirnya Wawa mencoba memberi usul. “Kurasa Jenny tak tertarik kalau kau bisa terbang tinggi di udara. Selama ini kulihat kau jarang memberinya perhatian. Kau jarang menemaninya kalau ia ke mana-mana. Menurutku, kau tampaknya tak berusaha menjadi temannya. Kau tampaknya justru ingin tampil hebat di depannya.”

“Bukankah aku memang hebat, Wa?” tanya Tarjo dengan nada bicara yang angkuh.

“Nah, itulah masalahmu, Jo! Memang banyak hewan menganggap kau hebat. Kau tahu banyak hal, kau kenal semua hewan di sini, tapi kau kadang... sulit menjadi teman yang baik.”

Tarjo tersinggung dengan apa yang baru saja Wawa ucapkan. Setengah membentak ia berkata: “Apa selama ini aku bukan temanmu yang baik, Wa!?”

Tarjo meninggalkan Wawa ketika Wawa hendak menjelaskan maksud kata-katanya. Wawa hendak mengejar Tarjo dan berbaikan, tapi Tarjo telah melompat-lompat cepat tak terkejar, masuk ke dalam hutan.

***

DI hutan, benar-benar tak disangka, Tarjo bertemu Mas Igel, seekor elang muda yang sangat tampan. Ia menjadi pujaan banyak hewan di hutan. Ia baru saja mengunjungi saudaranya, seekor burung nuri yang baru saja sembuh dari sakit keras. Tarjo menyapanya dan mengajaknya berbicara soal aneka tetumbuhan yang berkhasiat menyembuhkan berbagai macam penyakit. Mas Igel amat terkesan dengan pengetahuan Tarjo.

“Mas, maukah kita menjadi teman baik?” tanya Tarjo kepadanya.

“Ya, aku mau, Tarjo.”

Tarjo merasa senang karena kini ia bersahabat dengan hewan yang sering hidup di udara. “Betapa banyak temanku!” katanya dengan bangga di dalam hati. Dan, betapa bahagia hatinya karena ketika ia meminta Mas Igel membawanya terbang di udara, Mas Igel setuju!

“Tapi, kau tidak boleh mengajakku berbicara, Jo. Selama terbang, kau akan kuletakkan di dalam paruhku dan kau harus diam. Mengerti?”

“Sip, bos!!!” kata Tarjo dengan penuh semangat.

Mereka kemudian membuat janji untuk bertemu esok hari di dekat sungai dan kemudian terbang bersama.

***

TARJO rasanya tak sabar menunggu sehari saja. Ia telah mengabari semua hewan yang ditemuinya apa yang akan terjadi. Tarjo, si katak populer, dan Mas Igel, sang elang tampan, akan terbang bersama! Seisi hutan benar-benar gempar!

Beberapa hewan yang sedang tidak sibuk menyaksikan pertemuan kedua hewan itu di tepi sungai pagi hari ini. Semuanya memandang keduanya dengan bangga, terutama kepada Mas Igel. Suasana menjadi hiruk-pikuk ketika Mas Igel mengapit badan Tarjo dengan kedua paruhnya dan siap-siap terbang. Keadaan menjadi kian ramai ketika... wusssh!!! dua hewan itu melaju ke angkasa. Kepergian keduanya dilepas dengan sorak-sorai dan siulan-siulan membahana.

Di sebuah batu yang agak jauh dari keramaian para hewan, duduklah seekor katak dan seekor kura-kura yang tak turut berhiruk-pikuk. Ya, kita tahu siapa mereka: Jenny dan Wawa.

***

TARJO benar-benar gembira dengan apa yang dialaminya saat ini. Rasanya ini adalah hal yang terindah sepanjang hidupnya. Kini dilihatnya sungai tempat ia tinggal dan bermain menjadi sangat kecil dan panjang, serta berkelok-kelok dengan begitu indah. Dedaunan pohon-pohon di hutan tampak hijau menggerombol bagaikan lumut di permukaan batu-batu dekat sungai. Ia dan Mas Igel terbang makin tinggi dan tinggi, setinggi puncak gunung terdekat dengan hutan tempat ia tinggal.

Nah, yang paling ajaib baginya adalah ketika ia memandang besi-besi besar yang bersambung-sambung. Besi-besi itu berjalan laju di dua buah besi kecil lain berwarna hitam yang terpasang sejajar. Tarjo amat heran dengan benda yang sesekali mengeluarkan asap dan bunyi tuuut!!! tuuut!!! dari bagian depannya dengan nyaring sekali.

Ia hendak bertanya kepada Mas Igel benda apakah itu tapi tak bisa. Ya, kesepakatan mereka berdua selama terbang adalah tak boleh bicara satu kata pun.

Hampir setengah jam berlalu. Tiba waktunya untuk pulang. Kini Tarjo dapat melihat lagi hutan tempatnya tinggal. Ketika sudah tak terlalu tinggi, Tarjo lupa akan kesepakatan itu. Ia masih penasaran dengan besi-besi berjalan yang tadi dilihatnya. Ia bertanya pada Mas Igel: “Benda apa itu tadi, Mas?”

Mas Igel, sama seperti Tarjo, juga lupa! “Kereta api,” katanya.

Nah, saat itulah Tarjo terjatuh dari paruh Mas Igel. Ia berteriak: “Tolooong!!!” Rasanya tak ada yang mendengarkan teriakan itu. Ia pun pasrah dan kemudian jatuh berdebum di sebuah rerumputan yang tak begitu jauh dari sungai.

***

“JO, Tarjo... sadar, Jo!” kata sebuah suara. Tarjo mengedip-ngedipkan matanya, mulai sadar. Suara itu ternyata milik Wawa yang mengamati kejatuhan Tarjo. Di samping Wawa ada Jenny yang wajahnya tampak gelisah. Di situ juga ada Mas Igel yang tampak merasa bersalah.

“Hei, semuanya,” kata Tarjo dengan sangat lemah.

Wawa berkata kepada Tarjo kalau tulang punggungnya patah. Ia harus dirawat selama beberapa hari sebelum dapat berenang dan melompat-lompat kembali dengan normal. Mas Igel meminta maaf karena lalai. Tarjo pun meminta maaf kepada Mas Igel.

Dan, yang paling membahagiakan buat Tarjo ialah apa yang Jenny katakan kepadanya, “Mas Tarjo, nanti aku juga akan merawatmu. Tapi jangan terbang-terbang lagi ya....” Tarjo terharu mendengar kata-kata Jenny yang tulus itu.

Sejak hari itu Tarjo menjadi sahabat Jenny. Ia kadang masih ingin terbang lagi bersama Mas Igel. Namun, perlahan-lahan niatnya itu makin lama makin surut. Ia mulai sadar kalau bisa hidup di darat dan di air saja sudah cukup luar biasa untuk seekor hewan. Ia tak perlu berusaha lebih hebat lagi di depan Jenny karena kini, ke mana-mana Jenny dan Wawa selalu beserta Tarjo!

***

No comments: