17.6.09

Berharap Pernikahan Digagalkan

"Perdengarkanlah kasih setia-Mu kepadaku pada waktu pagi, sebab kepada-Mulah aku percaya! Beritahukanlah aku jalan yang harus kutempuh, sebab kepada-Mulah kuangkat jiwaku." (Mazmur 143:8)

Mazmur 143

Wanita ini benar-benar konyol, tapi juga kasihan. Saya mendengar ceritanya dari seorang teman. Ia sudah di altar gereja, menggandeng mesra bakal suaminya. Ya, ia sedang berada dalam salah satu prosesi terpenting dalam hidupnya: pernikahan. Namun, tahukah Anda apa yang ia harapkan sebelum janji pernikahan terucap?

Ia berharap pernikahannya digagalkan! "Adakah di antara Anda yang keberatan atas pernikahan ini?" tanya sang pendeta sebelum sepasang mempelai saling berucap janji. Dag dig dug, jantung si wanita berdebar laju. Namun, tak ada tangan terangkat. Janji suci kemudian diucapkan, dan pernikahan itu terlangsungkan. Senyum terkulum di bibir, tapi hati menangis pedih.

Ya, ia berharap ada tangan teracung kala detik menentukan itu karena masih belum yakin bahwa pria yang sedang ia tatap adalah suami terbaik dari Tuhan buat dirinya.

Saudara, pernahkah Anda mengambil suatu keputusan dalam kebimbangan? Pernahkah Anda mengambil suatu keputusan karena terpaksa? Ini mengerikan, apalagi bila keputusan itu menyangkut hal-hal terpenting dalam hidup ini.

Tuhan ingin kita mencari tahu kehendak-Nya senantiasa. Ia ingin mendatangkan damai sejahtera, bukan kebimbangan dan ketidakpastian. Kita diminta untuk senantiasa menghampiri-Nya agar Ia memberitahu kita apa yang harus kita lakukan. Saat ini, sebelum Anda salah langkah, tilik ulang dan bawa dalam doa apa yang mau Anda buat. Karena damai sejahtera dan kebahagiaan pantas diperjuangkan dan digenggam sebagai harta berharga dalam hidup ini. (~s.n~)

"Sebuah kepasrahan kepada Tuhan adalah pelengkap yang sempurna atas berbagai perjuangan dan upaya untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik."

4 comments:

Unknown said...

Saya dengar memang banyak sindrom ingin menggagalkan pernikahan pada detik-detik menjelang upacara pemberkatan. Ini semacam sindrom akibat tekanan mempersiapkan upacara pernikahan dan tekanan bahwa kelak dia akan terikat dan tidak mampu melepaskan diri.
Dalam kondisi normal, itu wajar terjadi.

Sidik Nugroho said...

tengkyu ya, mas bayu. tapi ini bukan karena takut terikat dan kelelahan persiapan nikah, tapi karena ketidakyakinan bahwa calon si suami adalah yang terbaik.

mungkin perasaan itu juga bagian dari sindrom tersebut ya?

eha said...

Jadi ingat pilem 'runaway bride' .... Bedanya, di pilem itu si perempuan nekad berkali-kali lari, menggagalkan upacara pernikahannya sendiri ....

ariesaptaji said...

njajal kasih komen ya. mau liat kegesitan gadget recent comments, hihi...