Mungkin, bila orang-orang melihat sepatu itu, akan mengatakan sebaiknya dibuang saja. Ya, sepasang sepatu saya yang berwarna cokelat itu memang sudah tidak layak pakai -- bahkan tapak salah satu pasangnya sudah berlubang. Hanya sepatu usang. Namun, baru-baru ini saya cuci, jemur dan lap lagi.
Sebabnya, itu sepatu pemberian ibu saya. Di tahun 2003, saya PPL (Praktek Pengalaman Lapangan) mengajar di sebuah SMP swasta. Tidak ada sepatu saya yang cukup baik untuk dipakai mengajar saat itu, semuanya berantakan. Ya, seperti kebanyakan mahasiswa seangkatan jurusan Sejarah lainnya, saya benar-benar abai terhadap penampilan, apalagi alas kaki.
Saya tidak akan pernah lupa ibu saya yang waktu itu sebenarnya lagi tidak punya banyak uang, tapi mengajak saya ke toko sepatu kenalan temannya, memilihkan sebuah sepatu yang dirasanya cukup baik buat saya. Saya manut saja, memakai sepatu itu.
Lima tahun berlalu, dan sepatu itu terus saya gunakan hingga saya benar-benar menjadi seorang guru, bukan guru PPL lagi.
Dalam sebuah barang yang sederhana, kasih seorang ibu termuat dan senantiasa terkenang. Sesuatu yang memiliki kenangan berharga tak akan kehilangan harga ketika keusangan mendera dan masa berganti. Kini, mari kita melihat semua perbuatan baik yang telah orang-orang lain lakukan dalam hidup kita. Sesungguhnya, lewat mereka tangan Tuhan yang penuh kasih hendak menjamah kita. Mari kita senantiasa menghargai nafas hidup dan anugerah-anugerah yang Ia berikan dalam kehidupan kita. (~s.n~)
No comments:
Post a Comment