8.3.09

George Mueller: Bapak untuk Anak-anak Yatim-Piatu


"Hampir tujuh puluh tahun lamanya setiap kekurangan mengenai pekerjaan Tuhan ini (panti asuhan yang ia pimpin dan dirikan) selalu Tuhan cukupkan. Jumlah anak-anak piatu di Panti Asuhan ini meningkat terus dan hingga kini mencapai 9500 orang. Meskipun demikian, belum pernah sekalipun mereka tidak mendapatkan makanan. Sudah beratus-ratus kami memulai hari tanpa uang satu senpun di tangan kami, tetapi Bapa Samawi selalu memberikan kepada kami kecukupan pada saatnya yang tepat....

"Saya telah menerima kiriman sejumlah 7.500.000 dolar sebagai jawaban atas doa saya. Dan dari 200.000 dolar yang kami gunakan dalam setahun semuanya telah datang pada waktu yang kami perlukan benar. Tak seorangpun dapat berkata bahwa saya telah meminta dari dia walau sesenpun. Kami tidak mempunyai badan-badan pengurus atau panitia, tidak menjalankan pemungutan derma, tidak punya jemaat atau lembaga yang membiayai kami. Semua keperluan kami telah Tuhan cukupkan sebagai jawaban doa kami yang sungguh-sungguh."

Itulah kata-kata yang diucapkan George Mueller kepada Charles R. Parsons saat Parsons mengunjunginya. Catatan dari kunjungan itu kemudian menjadi sebuah buku terkenal berjudul An Hour with George Mueller.

***

George Mueller dilahirkan di Kroppensstedt, Jerman, pada tanggal 27 September 1805. Ia adalah seorang anak yang sangat nakal awalnya. Waktu berumur 10 tahun, ia sudah berani mencuri uang ayahnya. Menjelang remaja, kenakalannya semakin menjadi-jadi. Ia suka mabuk-mabukan dan melakukan berbagai tindakan asusila lainnya.

Ia seringkali menginap di hotel-hotel yang mahal selama beberapa hari, lalu kabur tanpa membayar sewa hotelnya. Ayahnyalah yang akhirnya terpaksa datang untuk melunasi rekening hotel tersebut. Karena tingkah lakunya yang demikian nakal, George pernah mendekam di penjara selama satu bulan. Kembali sang ayah yang baik hati datang untuk menebus anak kesayangannya itu.

Pertobatan Mueller terjadi saat ia berusia sekitar 20 tahun. Waktu itu ia berkuliah di Universitas Halle. Ia bertobat dengan pertolongan delapan orang teman kampusnya yang awalnya sering ia jadikan sebagai bahan olokan karena dianggap terlalu rohani. Sejak pertobatannya, ia bersungguh-sungguh di dalam mengasihi dan melayani Tuhan hingga ia meninggal dunia pada usia 92 tahun.

Pada usia 25 tahun ia menikah dengan Mary Groves dan pindah dari Jerman ke Inggris untuk menggembalakan sebuah gereja dengan jemaat sebanyak 18 orang. Waktu berjalan dan ia rindu mendirikan sebuah panti asuhan bagi anak-anak terlantar. Untuk keperluan itu ia membutuhkan dana sebesar 1000 poundsterling. Bantuan-bantuan pun datang kepadanya. Pertama-tama ada seseorang yang memberikan bantuan sebesar 10 shilling kepadanya. Sebuah jumlah yang sangat sedikit. Namun, Mueller mengucap syukur kepada Bapa dan menyatakan bahwa itulah benih dari imannya. Kemudian orang lain datang memberikan sebuah lemari besar, 3 baskom air, sebuah wadah air minum, 28 piring makan, 4 pisau, 5 garpu, 3 tempat garam dan 4 cangkir. Demikianlah bantuan-bantuan lain datang sehingga akhirnya segenap kebutuhannya tercukupi.

Catatan-catatan berupa segala bantuan yang ia terima dapat kita ketahui dari buku hariannya. Di sana ia juga mencatat lebih dari 25.000 jawaban doa dari Tuhan atas setiap kebutuhan hidupnya. Ya, ia seorang pencatat yang detil.

George Mueller dipakai Tuhan secara luar biasa untuk mendirikan panti asuhan Kristen. Pada tahun 1845 ia sudah mempunyai 130 anak asuh dengan menyewa empat gedung. Kemudian ia berketetapan untuk mempunyai gedung sendiri yang bisa menampung 300 anak, padahal uang kasnya hanya 5 poundsterling. George mulai membawa semuanya ini kepada Tuhan dalam doa, dan pada tanggal 14 Januari 1846, sebulan setelah ia berdoa, datanglah sebuah sumbangan sejumlah 1000 poundsterling.

Doa yang dilandasi Firman Tuhan, itulah yang menjadi dasar kehidupan George Mueller. Melalui tulisannya yang berjudul Ibadah Terbaik Anda (diedit ulang oleh Melody Green), Mueller menyatakan bahwa sebelum berdoa, ia selalu merenungkan Firman Tuhan terlebih dahulu. Ia seringkali membawa Alkitab-nya ke luar rumah dan mencari tempat yang ia sukai untuk merenungkan Firman Tuhan. Hasil renungan inilah yang kemudian ia jadikan dasar bagi doa-doanya.

Selama hidupnya, ia telah mengasuh sekitar 9500 anak-anak yatim piatu dan kebutuhan-kebutuhan bagi mereka didapatkannya melalui doa. Selain memberi makan, mengasuh dan mendidik anak-anak, ia juga menyokong 189 pekabar Injil di berbagai belahan dunia, menyokong dana dari kira-kira 100 sekolah dengan jumlah murid sebanyak 9000 orang, dan menyebarkan traktat sebanyak 4.000.000 eksemplar untuk pemberitaan Injil setiap tahun.

Catatan:
Diposting lagi (sebelumnya sudah diposting di situs saya di Geocities) dalam rangka mengenang kematian Goerge Mueller, seorang hamba Tuhan yang setia, pada 10 Maret 1898. Hari masih sangat pagi, ia sedang sendirian di kamarnya, ketika Tuhan membawa pria saleh ini pergi.

3 comments:

Haris Firdaus said...

senangnya jika kita memiliki waktu dan kesempatan utk berubah. dari sesuatu yang buruk menjadi baik. dari yang dungu menjadi lebih pandai. terima kasih kisahnya,mas.

Anonymous said...

saya terinsiprasi dari satu cerita pendek. sayang, pengarang dan judulnya lupa: seorang pengemis yang kedinginan saat malam natal. lalu datang seorang bos, memberinya sejumlah uang untuk berusaha. sang bos mengatakan, beberapa tahun dulu ia pun kedinginan, mengemis di sudut kota. hingga datang seorang dermawan memberi uang untuk dijadikan modal. sang dermawan itu pun beberapa waktu sebelumnya adalah pengemis sebelum akhirnya ia mengemansipasi dirinya sendiri setelah diberi sejumlah uang oleh dermawan lain lagi.

sang pengemis kemudian memiliki motivasi yang kuat untuk mengemansipasi dirinya. agar natal tahun depan ia dapat mendermakan sebagian hartanya, untuk pengemis lain yang kedinginan dari hujan salju natal.

natal memang memberi damai bila kita maknai dengan berbagi. derma pun memberi damai bagi sesama.

jadi, kapan kita berderma??

ha-ha-ha....

Sidik Nugroho said...

terima kasih mas haris dan mas mpep.

@ mas haris: memang, berubah menjadi baik itu menyenangkan, tapi lebih sering juga menyesakkan, karena susah dilakukan.

@ mas mpep: begitu menggugah. apa yang kita terima, lalu kita teruskan kepada orang lain. sungguh mantap, ha-ha-ha....