14.3.09

Bukan Dinasihati, tapi Tambah Dimarahi

"Maka ia akan membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati anak-anak kepada bapa-bapanya supaya jangan Aku datang memukul bumi sehingga musnah." (Maleakhi 4:6)

Menghadapi anak-anak nakal memang susah. Di sekolah tempat saya mengajar para guru dibiasakan untuk menuliskan catatan di buku agenda siswa bila seorang siswa berbuat onar selama di sekolah. Tujuannya agar siswa dapat dinasihati lebih lanjut di rumah oleh para orang tua. Nah, suatu ketika, seorang siswa membuat ulah.

Saya segera mengambil agendanya, hendak menuliskan sesuatu. Saat itulah siswa tersebut malah menangis. Tangisannya membuat hati saya sedih. Katanya sambil terisak, "Pak, kalau ditulisi di agenda, aku akan tambah dimarahi. Bahkan, kadang aku dipukul." Dia juga menceritakan kalau orang tuanya tidak peduli dengan apa pun alasan ia berbuat nakal; ia sudah terlanjur dicap nakal -- selalu nakal.

Sebagai guru yang tiap hari menghadapi ratusan siswa, saya tidak hapal kondisi keluarga tiap anak didik saya. Saya sempat kesal dengan tindakan orang tua yang saya harapkan memberikan tambahan nasihat baik-baik, justru tambah memarahi, tanpa mau mendengar dulu persoalan yang sebenarnya.

Kekesalan saya mungkin justru dikesalkan pula oleh para orang tua itu, karena bisa saja mereka menganggap saya tidak tahu banyak tentang tindak-tanduk anaknya di rumah. Yah... memang membesarkan anak bukan perkara yang mudah! Serba sulit dan menantang. Di atas semua itu, mari kita serahkan anak-anak kita kepada Tuhan. Jikalau Ia menitipkan kepada kita seorang anak untuk dibesarkan, Ia juga mempunyai kuasa untuk mengubah hati anak-anak itu untuk bertumbuh-kembang sesuai rencana-Nya.

"Mendidik berarti memberikan diri kita untuk dijadikan panutan, pertama-tama, lalu sumber pengetahuan."

No comments: