Tadi siang, pas nongkrong di warkop, aku dan beberapa yang turut nongkrong bersama di sana, terpana melihat seorang TKW yang habis digebuki dan diperkosa dalam sebuah siaran berita. Ia merintih dari atas ranjang. Lalu aku teringat renungan ini, yang pernah kubuat beberapa tahun silam, tentang seorang TKW.
***
"Berharga di mata TUHAN kematian semua orang yang dikasihi-Nya." (Mazmur 116:15)
7 September 2008. Hari masih pagi, hampir jam tujuh. Hari itu Minggu, dan saya sedang menyetrika baju untuk pergi ke sebuah gereja yang belum pernah saya kunjungi sebelumnya di Surabaya. Saya diundang teman saya untuk pergi ke sana.
Ketika menyetrika, dengan jelas saya mendengar siaran televisi dari kamar teman kos saya. Berita menyebutkan seorang Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang baru saja meninggal dunia. Namanya Ratna.
Yang menarik dari berita itu: tidak ada satu pun saudara Ratna yang mengantarkan kepergiannya saat ia sakit beberapa hari hingga menuju ke liang lahat. Hanya beberapa temannya seprofesi. Sejenak kegiatan menyetrika saya hentikan, dan merenung: betapa pedih hatinya ketika saat-saat menjelang kematiannya. Sebatang kara, menderita.
Beberapa minggu kemudian, saya mendengar kata-kata menarik dari seorang pendeta. Ia mengutipnya dari D.L. Moody, seorang pendeta kenamaan di masa lalu. Kurang-lebih Moody menyatakan, "Betapa banyak karangan bunga yang kita berikan bagi seseorang ketika ia meninggal. Betapa mulia kata-kata yang kita pujikan bagi orang-orang yang telah pergi. Dan kita lupa, bahkan enggan, untuk melakukan hal yang sama semasa mereka masih hidup."
Memang, Ratna kasus yang lain -- ia pergi sendiri. Nah, pernahkah kita berpikir tentang orang-orang terdekat kita yang suatu saat juga akan pergi? Ketika membayangkan mereka suatu saat tak lagi dapat membuka matanya, sebaiknyalah di saat ini kita membahagiakannya, dengan cara apa pun yang dapat kita lakukan. ***
"Semua penyakit berakar pada ketiadaan atau keringnya cinta." (Dr. Bernie Siegel)
No comments:
Post a Comment