12.11.09

Yang Diharapkan Ketika Kembali

Hampir tiap akhir pekan saya pulang ke Malang sejak dua setengah tahun lalu. Saya bekerja di Sidoarjo, sementara kedua orang tua saya tinggal di Malang. Ada saat-saat yang selalu saya tunggu setiap akhir pekan ketika kembali bertemu dengan keluarga. Saat-saat ketika saya dan orang tua saling bercerita di meja makan tentang kehidupan kami masing-masing.

Juga, saat-saat ketika seorang keponakan saya yang masih balita dulu selalu menyambut saya ketika mendengar bunyi pagar rumah dibuka. Dia akan berlari keluar, menyerukan nama saya, lalu minta digendong. Dia senang kalau saya ajak melihati kambing-domba dan beberapa ikan di kolam yang ada di dekat sawah di sekitar perumahan kami.

"Setiap orang yang baru tiba dari bepergian jauh selalu mengharapkan seseorang menunggunya di stasiun atau bandara. Setiap orang ingin menceritakan kisahnya dan membagi kepedihan hati atau sukacitanya dengan keluarganya, yang menunggunya untuk pulang," kata seorang yang bijaksana.

Hal itu memang benar. Itulah yang membuktikan bahwa manusia tak dapat hidup sendiri. Manusia mengharapkan adanya orang lain ketika ia kembali dari suatu tempat. Ketika kita menutup diri untuk diterima orang lain, sesungguhnya tindakan ini akan mengecilkan arti diri kita yang sesungguhnya. Jurang yang dalam berupa prinsip atau tujuan hidup memang dapat menjadi pemisah sebuah relasi. Namun, kita tetap dapat dikasihi, meskipun kadang orang yang mengasihi kita tak selalu sejalan-sepikiran dengan kita. (~s.n~)

3 comments:

solusidigital said...

saya mau bagi2 buku gratis nihh... kalau mau, kutunggu kunjungan baliknya ya... keep blogging

Vicky said...

Satu-satunya orang yang tidak ingin saya lihat menjemput saya di bandara adalah tukang ojek.. :-)

masmpep said...

rumah memang selalu mendebarkan mas. orang-orang di dalamnya pun selalu menggetarkan. bercerita dengan mereka merupakan kebutuhan kemanusiaan kita. karena itu saya ingin segera memiliki rumah. dengan mencicilnya sedikit demi sedikit, ha-ha-ha.