19.8.09

Jejak Kembara Perenung Pluralis

Sidik Nugroho*)

Judul Buku: Simply Amazing, Insprasi Menyentuh Bergelimang Makna
Penulis: J. Sumardianta
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebal buku: xv + 188 halaman
Cetakan pertama, April 2009

"Segala yang tidak kita berikan akan lenyap sia-sia," demikian pepatah India yang rasanya tepat benar menjadi roh dari buku Simply Amazing, Insprasi Menyentuh Bergelimang Makna karya J. Sumardianta ini. Penulis yang akrab dipanggil "Pak Guru" ini merangkai puluhan kisah yang sarat makna dan renungan dalam bukunya. Sehari-hari ia mengajar sebagai guru Sosiologi di SMA De Britto Jogja; dan kali ini Pak Guru yang getol membaca dan menulis ini mencoba memberikan hasil kembaranya kepada sidang pembaca.

Kembara Pak Guru dari buku ke buku, tokoh ke tokoh, tersaji dalam esai-esai yang berdaya tarik tersendiri lewat cara Pak Guru bertutur. Esai-esai puspa ragam yang dikumpulkan dalam buku ini telah tersebar di berbagai media massa sebelumnya. Esai-esai ini nyaman disimak, berdiksi mantap, dan memuat refleksi dengan gizi yang tinggi. Seperti Andy F. Noya yang mampu menguak sisi termenarik dari tiap orang yang diundangnya berbincang-bincang, Pak Guru juga menyuguhkan beraneka dimensi kekayaan batin dari tiap tokoh dan buku yang disebutnya -- yang ujung-ujungnya menghadirkan pencerahan belaka.

Di dalam buku ini ada esai dari buku Dominique Lapierre, pengarang novel City of Joy yang mahalaris. Buku Dominique yang di dalamnya mengisahkan seorang penarik angkong (di India disebut ricksaw) bernama Hasari ini sangat mempesona Pak Guru. Dalam bincang-bincang di Perpustakaan Umum kota Malang tanggal 31 Mei 2009 Pak Guru mengaku membaca buku dan menonton film adaptasi City of Joy berkali-kali. Hasari yang hidupnya bersahaja, biasa menanggung penderitaan, bahkan menjual anggota badannya di perusahaan pembuat alat peraga fakultas kedokteran untuk pernikahan Amrita putrinya, menyulut pengamatan Pak Guru yang jeli atas berbagai fenomena kemiskinan di negeri ini.

Kesahajaan, kemiskinan, dan penderitaan tampaknya selalu menjadi hal yang menarik bagi Pak Guru yang mengaku introvert dan menarik diri dari peredaran sosial ini. Dengan lugas dan tanpa tedeng aling-aling ia mengisahkan juga beberapa tokoh yang dalam kemiskinannya tetap hidup bermartabat, lalu mengaitkannya dengan kondisi jiwa rakyat bangsa ini yang makin lama makin hedonis, konsumtif, serba penuh kepalsuan dan tidak pernah puas. Hidup bermartabat dalam kemiskinan kemudian ia jadikan dasar untuk menelanjangi tayangan-tayangan "idiotainment" (olok-oloknya atas infotainment) yang hanya menghadirkan berita kawin-cerai, pesta pora, dan selingkuh para public figure; juga para politisi dan penguasa yang haus kekuasaan, berkedok pamrih dan keserakahan ketika mengatasnamakan berjuang demi rakyat dan keadilan.

Namun, Pak Guru tak berkutat dalam kemiskinan melulu. "Kaya bermanfaat, miskin bermartabat", demikian salah satu judul tulisannya di buku ini. Dalam kembaranya yang lain atas berbagai buku dan tokoh, lahir pula ulasannya atas orang-orang berduit yang dianggapnya mencapai puncak keberhasilan karena menemukan cara-cara kreatif dalam menangani pergumulan hidup. Ia yakin akan kebenaran dari pernyataan Robert Holden: "Hanya jika Anda pernah terhempas di lembah ketiadaan paling kelam, Anda baru akan tahu betapa hebat dan nikmatnya berada di puncak gunung keberhasilan."

Setidaknya ada dua orang orang sukses yang bisa mewakili kekagumannya akan perjuangan hidup mereka. Pertama adalah Thomas Sugiarto, lewat bukunya berjudul Your Great Success Start from Now. Thomas disebut Pak Guru sebagai seorang yang telah mencapai financial and time freedom. Ia seorang penjual asuransi yang menerapkan cara kerja leveraging system (konsep bekerja dengan seribu tangan) demi mencapai cita-cita tak banyak menguras energi dan pikiran (pensiun) saat berusia 45 tahun, dan berpenghasilan semilyar pada tahun 2012 nanti.

Kedua adalah Dahlan Iskan, CEO grup Jawa Pos yang di kelas 3 SMA hanya mampu memiliki sepatu rombeng dan sepeda butut, dan sering ngiler di masa kecilnya ketika melihat teman-temannya minum dawet karena tidak punya uang untuk membelinya. Membaca buku karya Yu Shi Gan (nama Tiongkok Dahlan Iskan) berjudul Ganti Hati yang laris-manis, Pak Guru dengan jeli mengurai daya tahan hidup Dahlan Iskan, lalu mengaitkannya dengan pemikiran Sindhunata lewat puisinya berjudul Ngelmu Pring. Puisi bahasa Jawa ini, sebuah baitnya berbunyi: "Ora gampang tugel merga melur" (Tidak gampang patah karena lentur). Ya, kelenturan hati tercipta dalam sosok Dahlan Iskan akibat sudah biasa menanggung derita yang mendera jiwa-raganya sejak muda.

Pak Guru, dalam bukunya ini juga merangkai sekelumit kisah hidupnya sendiri. Ia berjuang menjadi seorang guru bermartabat yang selalu menghadirkan informasi terkini bagi murid-muridnya lewat membaca. Itulah alasan mengapa ia terjun untuk menulis sesuatu dari apa yang dibacanya di sela-sela kesibukan mengajar. Ia juga mengisahkan SMA De Britto yang guru-gurunya rajin menulis. Ada St. Kartono pengarang buku Menebus Pendidikan yang Tergadai di sana yang disebutnya sebagai orang yang memulai tradisi menulis di kalangan guru SMA De Britto. Hingga kini, tulisan-tulisan Pak Guru masih menghiasi berbagai media cetak, utamanya tulisan berjenis ulasan buku. Di Indonesia, penulis ulasan buku masih terbilang sedikit. Bagi Anda yang ingin menakar kadar suatu buku dengan lebih dalam dan inspiratif; sehingga menjadikan sebuah esai atau ulasan lebih bernas dan menarik untuk dibanca tuntas, buku ini sangat baik untuk menjadi acuan.

Pak Guru pun fasih menarik benang merah muatan penting sebuah buku dengan berbagai adagium, kutipan, atau idiom berbahasa Latin. Falsafah Jawa bertaburan di sepanjang buku. Kutipan hadits juga ada. Nilai-nilai Hindu bersanding manis bersama kutipan dari biarawati seperti Bunda Teresa. Kisah-kisah yang ada di buku ini tertutur begitu lugas: tak menghiraukan latar belakang agama, suku-bangsa, atau status sosial. Semuanya merupakan jejak kembara seorang guru berjiwa pluralis dalam upayanya memetakan jati diri manusia, pergumulan hidupnya dan daya juangnya di tengah pelbagai kemelut hidup. (*)

*) Guru SD Pembangunan Jaya 2 Sidoarjo dan penikmat buku

No comments: