12.6.09

Ilmu, Meditasi dan Karya

Sartono Kartodirdjo, sejarawan terkemuka itu pernah menyebutkan bahwa beberapa ilmuwan yang ada di Indonesia lahir karena bagi mereka, "hidup ini tidak ditentukan oleh nasi." Mereka mendalami sejarah karena mereka benar-benar cinta sejarah. Ia menceritakan beberapa orang yang hampir abai terhadap uang, mempelajari sejarah dengan ketekunan yang amat tinggi, hingga ilmu itu menjadi sebuah jalan lain untuk mendekatkan diri dengan Tuhan.

Bukan hanya ilmuwan yang demikian. Bila kita menengok sejarah, para empu pembuat keris atau kitab pusaka melakukan hal yang sama. Mereka berpuasa, seraya merenung, mendekatkan diri dengan Penguasa, bereksperimen, juga berkarya. Hasilnya, karya-karya mereka tahan lama, terus menerus dipelajari, dan menginspirasi.

Karya yang besar tidak serta-merta lahir. Karya yang besar lahir karena sebuah ilmu benar-benar digeluti dengan intensitas dan pengorbanan tidak setengah-setengah, pula disertai meditasi. Tak banyak buku motivasi mengajarkan hal ini, karena hampir semuanya mengajarkan kesuksesan dalam cara yang mudah, waktu yang cepat dan tenaga yang sedikit.

Hakikat hidup adalah berkarya, yang bila dipadu dengan minat dan kemampuan yang memadai, akan menghasilkan sesuatu yang berarti dan berguna. Hasrat yang besar adalah nafas dari perpaduan itu. Dan hasrat itu semata-mata dapat terus berada di dalam diri kita bila kita mau selalu merenung: memaknai setiap jejak-langkah yang kita tempuh dalam kefanaan ini -- dalam terang petunjuk-Nya. (~s.n~)

2 comments:

M.Iqbal Dawami said...

Patut kita teladani, bung. semoga.

spirit-literasi.id said...

Mantap. Suka dg tulisan ini.