Bahaya Kedegilan Hati
SEAN PV, tokoh dalam cerita Remy Sylado Mimi lan Mintuna menunjukkan bagaimana proses kedegilan hati itu terjadi. Sean PV awalnya seorang yang beragama. Ketika dewasa, ia berbuat dosa dan tak mau tobat. Dosa-dosa yang dilakukannya kemudian bertumpuk-tumpuk dan kemudian menjadi makanan sehari-hari. Bahkan, "... dia menganggap dosa itu adalah matapencarian."
Karena dosa adalah matapencariannya, maka Sean mudah menipu, mudah bersandiwara, mudah menyiksa, mudah marah, bahkan mudah meletupkan senjata di kepala orang lain. Seorang musuhnya menyatakan kepadanya: "... saraf kasihan kita sama-sama sudah tidak ada."
Sean PV adalah seorang pedagang (sekaligus germo) gelap wanita-wanita yang dijadikan pelacur kelas atas dan bintang-bintang film porno di Bangkok, Hongkong, hingga Tokyo. Begitu hina apa yang dikerjakannya, begitu banyak petaka yang ditimbulkannya sepanjang cerita.
Dunia kini berlaku makin kejam pada kita. Dosa menantang untuk dicoba-diperbuat sehari-hari. "Dosa memperanakkan dosa," demikian kata seorang bijak yang saya dengar beberapa tahun silam. Ada benarnya. Ketika sebuah dosa sudah biasa kita lakukan, maka kita akan melakukan dosa lain. Dan seterusnya. Semua tumpukan dosa itu akhirnya membuat hati kita tumpul. Alias degil. ***
Bahaya Kesendirian
KESENDIRIAN: baik dan tidak baik. Saat sendiri kita bisa merenungi diri, mungkin sambil merenungi tulisan ini. Tapi bisa juga melahirkan niat jahat karena memberi makan pikiran kita ilusi yang ngeri-ngeri.
Itulah yang terjadi pada Travis Bickle, tokoh yang ditampilkan dalam film Taxi Driver besutan sutradara tenar Martin Scorsese. Travis (diperankan dengan mantap oleh Robert De Niro) kesepian -- sangat kesepian.
Gelisah mengusir kesepiannya, ia mencari-cari perbuatan yang membuat hidupnya berarti. Setelah cintanya ditolak oleh seorang wanita, ia membeli banyak senjata, latihan angkat berat dan berusaha jadi pahlawan -- entah bagi apa atau siapa. Di depan cermin ia berkata: "Are you talkin' to me?" kepada dirinya sendiri. Sebuah self-talks atau solilokui yang pedih benar rasanya terdengar.
Wanita yang menolak cintanya termasuk dalam salah satu tim sukses kandidat presiden. Entah ada hubungannya atau tidak, Travis kemudian berniat membunuh presiden itu, walau kemudian gagal. Cara lain dicoba untuk menunjukkan keberadaannya: ia berusaha menyelamatkan seorang pelacur remaja. Memang, pelacur ini akhirnya berhasil dia selamatkan, walau pada awalnya pelacur itu tampak sama sekali tak ingin diselamatkan.
Anda yang menyukai kesepian, tiliklah ulang kesepian yang Anda sering genggam selama ini. Kita juga butuh bergaul, bukan selalu murung-merenung. Semuanya perlu berimbang, untuk membuat hidup ini bervariasi, penuh makna.
"Are you talkin' to me?"
"Yes, I am," kata seseorang, seorang teman bicara Anda, bukan pantulan wajah Anda di cermin. Dan itu tampaknya lebih baik, lebih waras. ***
Badut Pembunuh yang Jenaka
BILA dua bagian di atas mengisahkan tokoh-tokoh fiktif -- walau pada kenyataannya mirip juga dengan apa yang terjadi di dunia kita -- yang satu ini benar-benar terjadi.
Pria ini terkenal sebagai pemain badut. Ia sangat ramah, suka menolong, cinta anak-anak, jenaka, dan dermawan. Suatu hari ia menawari pekerjaan kepada Robert Piest. Robert sebenarnya hendak pulang karena ibunya ulang tahun. Tawaran pria ramah yang menjanjikan uang lima dolar sejam ini menunda kepulangannya.
Nah, tanpa pernah terduga, ketidakjadian Robert Piest pulang ke rumah membuka kedok John Gacy yang ramah, santun nan jenaka ini. Di rumahnya, Robert Piest diperkosa dan dibunuh. Ketika polisi menggali tanah-tanah di sekitar rumah John Gacy, Robert Piest kemudian dinyatakan sebagai korban ke-27!
Wajah badut yang lucu ini ternyata dimiliki oleh seorang berwajah setan yang sangar. Berita yang dimuat di majalah Newsweek tanggal 8 Januri 1979 ini benar-benar menggemparkan Amerika, khususnya negara bagian Illinois, di mana John Gacy tinggal.
Di Indonesia, ada Ryan yang berkasus serupa. Dengan tampang yang kalem, keren dan modis, siapa pun mungkin tak pernah mengira orang seperti Ryan suka membunuh dengan cara-cara yang mengerikan. ***
MENGAITKAN kesendirian, kedegilan hati, juga kemunafikan dan kepalsuan yang tersamar serba lihai yang telah kita ulas tadi, Ki Dong Kim, pengajar dan sastrawan yang ternama menulis, "... orang yang suka memendam rasa dan pikirannya sendiri, gampang kerasukan roh jahat. Karena ia selalu terpaku pada pikirannya, dan apabila ia terpaku pada pikiran negatif, maka ia akan menjadi muram."
Apa yang Kim sebut sebagai roh jahat mungkin menakutkan. Tapi, hal-hal psikologis juga tak luput darinya. Dari sini kita telah melihat sebuah relasi vital: kedegilan hati yang tersemai akibat kesendirian dan self-taks ternyata dapat menjadi masalah kejiwaan yang serius. Ini membuat kita tidak mempunyai kepekaan akan dosa, tak punya belas kasihan, dan tak dapat mengecap kemuliaan dari kebenaran dan kasih-sayang. Kita hidup dalam jiwa yang egoistis: menganggap diri lebih penting dan lebih baik.
Saudara, dalam kehidupan ini, mari kita isi pikiran kita dengan hal-hal yang baik. Refleksi hidup itu perlu, namun bukan sarana bermuram-durja. Hellen Keller suatu ketika pernah berkata: "Rasa mengasihani diri adalah musuh kita yang paling buruk dan jika kita takluk padanya, kita tidak akan pernah melakukan sesuatu yang bijaksana di dunia ini."
Mari kita menjadi bijaksana, sekalipun hidup sudah terlalu berat untuk dijalani. Mungkin kita bisa mencari seseorang untuk berbagi isi hati. Andai seseorang itu pun nyatanya tidak ada, maka, sebuah pertanyaan hendak dilayangkan kepada hati Anda: kapankah kita mengoreksi diri kita di hadapan Tuhan terakhir kali? "Di pintu-Mu aku mengetuk, aku tak bisa berpaling," kata Chairil Anwar.
Sidik Nugroho
Guru SD Pembangunan Jaya 2 Sidoarjo dan penulis lepas
1 comment:
I would like to exchange links with your site tuanmalam.blogspot.com
Is this possible?
Post a Comment