5.4.09

Perpisahan: Lagu, Buku, Baju dan Doa

5 April 2009. Sekitar jam tujuh pagi. Akhirnya, dua keponakanku tersayang, Jessica Lestari Sarsanto dan Gracia Arinda Sarsanto, kembali lagi ke Kalimantan Barat. Sejak Lebaran tahun lalu mereka ada di Malang bersama ibunya, kakak iparku. Sebabnya, Gracia memang direncanakan lahir di Malang, akibat ayahnya -- yaitu abangku -- sering dapat banyak pekerjaan di Kalimantan Barat.

Jessica lahir 9 Agustus 2005. Gracia lahir pada 1 Januari 2009. "Seluruh dunia turut merayakannya," kata seorang temanku mengomentari kelahiran Gracia. Sejak hari itu aku senang sekali melihat wajah keponakanku yang satu ini. Bila Jessica, kakaknya, terkesan ceria, Gracia terkesan kalem. Ia suka tersenyum bahkan sejak berusia satu bulan. Akhir-akhir ini kalau tersenyum, ia kadang juga bersuara, "Kek... kek...." Begitu kurang lebih bunyinya. Bagiku, wajahnya tampak selalu damai.

Melihat Jessica dan Gracia suatu malam tidur berdampingan, aku tergerak menciptakan sebuah lagu. Tanpa syair, hanya instrumen. Suatu saat, bila mereka sudah besar, mungkin akan kunyanyikan bagi mereka. Kiranya mereka menikmatinya. Hanya petikan gitar, dengan nada dasar C, bertajuk Gracia Lestari. Judul yang kurang lebih berarti: anugerah Tuhan yang selalu ada di sepanjang usia.

Bulan Maret lalu, dapat tawaran dari seorang kawan di Penerbit Andi Surabaya menerbitkan buku. Kukumpulkan lagi beberapa cerita anak-anak yang pernah kubuat, lalu kuajukan. Kupersembahkan juga buat mereka berdua. Semoga layak terbit, supaya di suatu masa saat mereka bisa membaca, mereka dapat terkikik-kikik membaca ceritaku.

Tadi malam, ditemani penulis muda paling bersemangat sekota Malang, Jemmy Sugianto, aku membeli baju untuk Jessica dan Gracia. Begitu pulang, seperti biasanya aku berkata, "Aku punya sesuatu untuk kamu, Echy." Echy, atau Jessica, setiap kali mendengar kata "sesuatu" langsung menutup matanya. Ketika dua baju itu kukeluarkan dari tas plastik, dan dia membuka mata, Jessica malah suka sama baju yang kuhadiahkan untuk Gracia. Sebabnya, baju mungil itu ada loncengnya! Sampai dia tidur dipeganginya lonceng baju itu. Padahal, aku sudah membelikan baju berwarna merah muda, warna kesukaan Jessica. Dari sini ibuku memberi pesan, "Kalau kamu beli baju, cari yang seragam tapi beda ukuran. Biar tidak saling iri," katanya. Kupikir-pikir, ada benarnya juga.

Sebelum Gracia tidur tadi malam, kugendong dia. Seperti biasa, dia akan menangis bila digendong sambil duduk -- maunya yang menggendong harus selalu berdiri. Kugendong, dan kunyanyikan lagu "Mampirlah Dengar Doaku" sambil kutimang-timang bayi ini. Ketika memandangi wajahnya yang ayu dan sendu, aku pun mengucapkan doa, "Kiranya berkat Tuhan melimpah dalam hidupmu; dan kelak bila kau besar engkau mendatangkan sukacita dan anugerah bagi banyak orang."

Malam pun berlalu. ***

5 April 2009. Sekitar jam tujuh pagi. Akhirnya mereka kembali ke pangkuan bapaknya, juga ibunya. Ada pertemuan, ada perpisahan. Ketika mengenang masa-masa di mana aku pulang disambut pelukan dan kecupan, aku kadang masih tidak rela melepas keponakanku pergi. Terkenang masa-masa di mana aku dan Jessica jalan-jalan mencari buku, membeli glitter, main masak-masakan, mencoret-coret lantai di rumah, bahkan membagikan nasi bungkus untuk para gelandangan dan tukang becak. Jessica selalu memanggil aku pacarnya. Dia memiliki dua pacar. Pacar pertamanya adalah adikku; aku pacar keduanya. Ya, dua-duanya omnya sendiri!

Jessica. Gracia. Di lain waktu, semoga kita berjumpa lagi. Imanuel, Tuhan beserta kita.

Dan, mungkin waktunya juga sudah tiba bagiku untuk mencari pacar. Tapi bukan yang balita kali ya? Yang berusia dua puluh tahun ke atas, kelihatannya lebih cocok. ***

2 comments:

catatan salwangga said...

he..he.he.. selamat mencari pacar

Sidik Nugroho said...

hahaha... tengkyu.