Pengantar
Resensi ini kubuat untuk para guru SD dan TK Pembangunan Jaya 2, juga segenap karyawan Yayasan Pendidikan Jaya, yang telah dianugerahi buku ini. Terima kasih untuk Pak Tony Soehartono, yang telah membagi-bagikan buku ini bagi para guru SD dan TK Pembangunan Jaya 2, juga segenap karyawan Yayasan Pendidikan Jaya.
Resensi ini sudah kukirim ke Surabaya Post sekitar dua minggu lalu -- dua hari setelah aku dan teman-teman menerima buku ini. Resensi ini pendek, karena memang ruang yang tersedia di Surabaya Post juga pendek -- maksimal 3000 karakter. Namun, belum ada kabar bakal dimuat apa tidak. Semoga saja dimuat. Kalau nggak dimuat, hmmm... hehehe....
Sulamak menyimak! :-)
++++++
Metamorfosa dalam Kepingan-kepingan Wacana
Judul: Dari Kepompong Menjadi Kupu-kupu
Pengarang: Drs. HD. Iriyanto, MM
Penerbit: Pustaka Pelajar
Tebal buku: xxvi + 182 halaman
Cetakan pertama, Januari 2009
Miles Hilton Barber memang luar biasa. Pria buta 55 tahun asal Inggris itu mencengangkan dunia ketika mengendarai pesawat Microlight-nya dari London menuju Sydney. Dia singgah di Indonesia tanggal 15 April 2007. Ini membuat bandara Halim Perdanakusumah tampak istimewa. Petualangan gila-gilaan Miles ini menjadi pembuka yang manis dalam buku karya Pak Iriyanto ini.
Penulis mengisahkan juga tentang Ruben Gonzales, atlit dari Argentina peraih medali emas 4 kali di olimpiade: 1988, 1992, 2002 dan 2006. Bidang olahraganya adalah Luge, sejenis olahraga es yang sangat berbahaya. Yang luar biasa: Ruben tidak dibesarkan di daerah bersalju, dan menekuni olahraga ini saat berusia sudah 21 tahun. Namun, tekad dan semangatnya yang membuatnya dijuluki bulldog oleh teman-temannya, mengantarkan dia untuk mengubah nasib.
Pelajaran-pelajaran hidup tentang mengubah nasib, itulah yang sebenarnya yang hendak disampaikan dalam serangkaian tulisan dalam buku ini. Mengutip sastrawan Islam terkemuka Jalaluddin Rumi, penulis berusaha menanamkan keyakinan: "Bila Anda mengubah kinerja Anda, Anda mengubah nasib Anda. Bila Anda mengubah nasib Anda, Anda mengubah hidup Anda."
Dengan gaya menulisnya yang santun dan tidak menggurui, penulis kemudian menyajikan sejumlah wacana, literatur, dan ilustrasi yang sesekali dibumbui retorika motivatif. Rangkaian tulisan itu kemudian dibagi dalam empat bagian refleksi hidup: Refleksi Pandangan Hidup, Refleksi Modal Hidup, Refleksi Budaya Hidup dan yang terakhir Refleksi Siasat Hidup. Keempat bagian refleksi ini sesungguhnya berisi artikel-artikel lepas dalam rubrik Metamorfosa di koran Republika Biro Jogja.
Dari kondisi awalnya sebagai artikel-artikel lepas yang kemudian dicoba diramu menjadi sebuah buku dengan empat bagian yang runut, maka lahirlah kelemahan buku ini. Jikalau ditelisik dengan teliti, "support yang sarat makna (meaningful) dan nilai (value)" yang dijanjikan penulis dapat diraih di tiap bagian untuk "kepentingan perubahan yang Anda dan organisasi impikan" terkesan kurang terpilah-pilah khusus dalam tiap bagian.
Bila disimak baik-baik, artikel-artikel dalam Refleksi Pandangan Hidup, lalu dibandingkan dengan artikel-artikel dalam Refleksi Modal Hidup, muatannya hampir sama. Semuanya tentang motivasi -- tentang bagaimana kita berdaya-upaya untuk meraih kepenuhan diri dan tujuan hidup. Pembedaan antara "Pandangan Hidup" dan "Modal Hidup" yang menjadikannya berdiri dalam bagian-bagian refleksi yang terpisah tampak kurang jelas dan lugas. Sementara di akhir tiap bagian, penulis menambahi semacam pengantar untuk masuk dalam bagian berikutnya.
Harus kita terima, sebuah buku yang lahir dari kumpulan artikel tidak bisa dipaksakan menjadi sebuah buku yang utuh sebagai suatu kesatuan. Memaksakan sebuah buku yang berisi puspa-ragam wacana menjadi sebuah karya utuh seringkali membuat pembaca agak kesulitan menemukan benang merahnya.
Tanpa mengurangi niat mulia penulis dalam mengusung tema yang apik tentang perubahan hidup, atau metamorfosa, buku yang sarat dengan kearifan ini sebaiknya kita baca dengan menghayati tiap artikelnya secara terpisah. Tiap artikel memiliki daya tersendiri dalam menyuntikkan semangat hidup dan upaya meraih hidup yang bermakna bagi para pembaca. Semoga, bagi sidang pembaca sekalian, kepingan-kepingan wacana, yang tersebar acak dalam sekujur buku ini, menghadirkan niat bermetamorfosa dalam hati dan pikiran kita.
Sidik Nugroho
Penulis lepas, guru SD Pembangunan Jaya 2 Sidoarjo
Resensi ini kubuat untuk para guru SD dan TK Pembangunan Jaya 2, juga segenap karyawan Yayasan Pendidikan Jaya, yang telah dianugerahi buku ini. Terima kasih untuk Pak Tony Soehartono, yang telah membagi-bagikan buku ini bagi para guru SD dan TK Pembangunan Jaya 2, juga segenap karyawan Yayasan Pendidikan Jaya.
Resensi ini sudah kukirim ke Surabaya Post sekitar dua minggu lalu -- dua hari setelah aku dan teman-teman menerima buku ini. Resensi ini pendek, karena memang ruang yang tersedia di Surabaya Post juga pendek -- maksimal 3000 karakter. Namun, belum ada kabar bakal dimuat apa tidak. Semoga saja dimuat. Kalau nggak dimuat, hmmm... hehehe....
Sulamak menyimak! :-)
++++++
Metamorfosa dalam Kepingan-kepingan Wacana
Judul: Dari Kepompong Menjadi Kupu-kupu
Pengarang: Drs. HD. Iriyanto, MM
Penerbit: Pustaka Pelajar
Tebal buku: xxvi + 182 halaman
Cetakan pertama, Januari 2009
Miles Hilton Barber memang luar biasa. Pria buta 55 tahun asal Inggris itu mencengangkan dunia ketika mengendarai pesawat Microlight-nya dari London menuju Sydney. Dia singgah di Indonesia tanggal 15 April 2007. Ini membuat bandara Halim Perdanakusumah tampak istimewa. Petualangan gila-gilaan Miles ini menjadi pembuka yang manis dalam buku karya Pak Iriyanto ini.
Penulis mengisahkan juga tentang Ruben Gonzales, atlit dari Argentina peraih medali emas 4 kali di olimpiade: 1988, 1992, 2002 dan 2006. Bidang olahraganya adalah Luge, sejenis olahraga es yang sangat berbahaya. Yang luar biasa: Ruben tidak dibesarkan di daerah bersalju, dan menekuni olahraga ini saat berusia sudah 21 tahun. Namun, tekad dan semangatnya yang membuatnya dijuluki bulldog oleh teman-temannya, mengantarkan dia untuk mengubah nasib.
Pelajaran-pelajaran hidup tentang mengubah nasib, itulah yang sebenarnya yang hendak disampaikan dalam serangkaian tulisan dalam buku ini. Mengutip sastrawan Islam terkemuka Jalaluddin Rumi, penulis berusaha menanamkan keyakinan: "Bila Anda mengubah kinerja Anda, Anda mengubah nasib Anda. Bila Anda mengubah nasib Anda, Anda mengubah hidup Anda."
Dengan gaya menulisnya yang santun dan tidak menggurui, penulis kemudian menyajikan sejumlah wacana, literatur, dan ilustrasi yang sesekali dibumbui retorika motivatif. Rangkaian tulisan itu kemudian dibagi dalam empat bagian refleksi hidup: Refleksi Pandangan Hidup, Refleksi Modal Hidup, Refleksi Budaya Hidup dan yang terakhir Refleksi Siasat Hidup. Keempat bagian refleksi ini sesungguhnya berisi artikel-artikel lepas dalam rubrik Metamorfosa di koran Republika Biro Jogja.
Dari kondisi awalnya sebagai artikel-artikel lepas yang kemudian dicoba diramu menjadi sebuah buku dengan empat bagian yang runut, maka lahirlah kelemahan buku ini. Jikalau ditelisik dengan teliti, "support yang sarat makna (meaningful) dan nilai (value)" yang dijanjikan penulis dapat diraih di tiap bagian untuk "kepentingan perubahan yang Anda dan organisasi impikan" terkesan kurang terpilah-pilah khusus dalam tiap bagian.
Bila disimak baik-baik, artikel-artikel dalam Refleksi Pandangan Hidup, lalu dibandingkan dengan artikel-artikel dalam Refleksi Modal Hidup, muatannya hampir sama. Semuanya tentang motivasi -- tentang bagaimana kita berdaya-upaya untuk meraih kepenuhan diri dan tujuan hidup. Pembedaan antara "Pandangan Hidup" dan "Modal Hidup" yang menjadikannya berdiri dalam bagian-bagian refleksi yang terpisah tampak kurang jelas dan lugas. Sementara di akhir tiap bagian, penulis menambahi semacam pengantar untuk masuk dalam bagian berikutnya.
Harus kita terima, sebuah buku yang lahir dari kumpulan artikel tidak bisa dipaksakan menjadi sebuah buku yang utuh sebagai suatu kesatuan. Memaksakan sebuah buku yang berisi puspa-ragam wacana menjadi sebuah karya utuh seringkali membuat pembaca agak kesulitan menemukan benang merahnya.
Tanpa mengurangi niat mulia penulis dalam mengusung tema yang apik tentang perubahan hidup, atau metamorfosa, buku yang sarat dengan kearifan ini sebaiknya kita baca dengan menghayati tiap artikelnya secara terpisah. Tiap artikel memiliki daya tersendiri dalam menyuntikkan semangat hidup dan upaya meraih hidup yang bermakna bagi para pembaca. Semoga, bagi sidang pembaca sekalian, kepingan-kepingan wacana, yang tersebar acak dalam sekujur buku ini, menghadirkan niat bermetamorfosa dalam hati dan pikiran kita.
Sidik Nugroho
Penulis lepas, guru SD Pembangunan Jaya 2 Sidoarjo
1 comment:
Iya ya, susah lho mengombinasi beberapa artikel yang nggak nyambung dalam satu buku sekaligus. Tantangannya adalah bikin pembaca melihat semua artikel dalam satu kesatuan. Salut deh buat kompilatornya.
Post a Comment