24.2.09

Menjadi Sastrawan? Halah!


Penulis Artikel Sastra


Tidak sampai seminggu yang lalu, aku dapat kabar dari Pak Purwanto Setiadi, redaktur utama Koran Tempo, kalau artikel sastra yang kubuat -- tentang kebiasaan menulis dan proses kreatif beberapa penulis -- kemungkinan besar akan diturunkan di Ruang Baca Koran Tempo edisi Maret 2009.

Beliau menilai artikelku cukup menarik. Bila memang jadi dimuat, aku akan sangat bersyukur. Dan, untuk satu hal ini aku juga berterima kasih kepada Feby Indirani yang telah memberitahu alamat e-mail Pak Purwanto.***

Pembicara Sastra

Sabtu lalu, 21 Februari, diundang jadi pembicara. Undangan benar-benar tak resmi, hanya lewat sms seorang teman: tolong sampaikan sharing untuk memotivasi siswa-siswi jurnalis SMUK Cor Jesu di Malang. Kupikir lesehan, sambil ngopi atau makan gedang goreng gitulah. Namun, begitu waktunya tiba, betapa aku kaget: aku harus mengajar di depan kelas layaknya seorang guru!

Padahal aku datang tanpa persiapan: bajuku agak lecek dan pakai sandal. Terpaksa, aku pinjam jaket temanku yang mengundangku, Jemmy Sugianto, alumnus SMUK Cor Jesu. Anak-anak yang datang kalau tidak salah ada 9 orang cewek dan 1 orang cowok. Kesannya semua anak manis -- kalem-kalem dan pendengar yang baik. Mereka semua kupanggil adik. Terima kasih, adik-adik! Terima kasih Jemmy sudah mengundangku!

Dua guru pendamping, yaitu Bu Endang (Bahasa Indonesia) dan Bu Agnes (Guru BK -- trims Jemmy untuk koreksinya) juga turut hadir. Kesanku, mereka tampak antusias. Bahkan Bu Endang sampai-sampai menjadikan momen ini untuk pengambilan nilai UTS: anak-anak diminta membuat laporan dari apa yang kusampaikan, lalu dinilai. Terima kasih, ibu-ibu guru!

Materi lebih banyak berkisar pada proses kreatif seorang penulis -- fiksi utamanya -- dalam menghasilkan karya-karyanya. Kami membahas dan berdiskusi tentang J.R.R. Tolkien, C.S. Lewis, J.K. Rowling, Soekarno, hingga Stephenie Meyer yang lagi naik daun. Aku menekankan pentingnya komitmen, dedikasi dan loyalitas yang berujung pada konsistensi dalam berkaryatulis.

Nah, yang tak kuduga: aku yang datang dengan sandal dan tampil dengan jaket pinjaman, mendapat sejumlah uang, tiga edisi majalah sekolah Basisco (Bacaan Siswa Cor Jesu) dan sebuah cangkir berlogo SMUK Cor Jesu. Betapa aku bersyukur, juga agak malu!

Selain itu, ada satu momen juga yang membahagiakan. Aku berkenalan dengan Angel, ilustrator Basisco. Rencananya, dia bersedia untuk menjadi ilustrator di naskah novel yang sedang kugarap.***

Dua kejadian di minggu lalu ini kadang membuatku berpikir sampai hari ini: Apakah sudah waktunya aku menjadi sastrawan?

Halah!

5 comments:

Unknown said...

ya sudah waktunya. maju terusss....

Anonymous said...

Kak, Bu Agnes bukan guru bhs inggris, tapi guru BK (Bimbingan Konseling) lho ... (jey)

Sidik Nugroho said...

@ fanny: hmmm... mungkinkah? :-)

@ jemmy: matur nuwun koreksinya.

Anonymous said...

selamat yaa...
maju terus ga bole mundur.. hehe

Sidik Nugroho said...

@ dita: tengkyu, dita. maju tak gentar, membela yang benar bersama... ah, kok kampanye! :-)