Sutradara: Jason Reitman
Skenario: Diablo Cody
Aktor: Ellen Page, Michael Cera, Jennifer Garner, Jason Bateman, J.K. Simmons
Rilis: Desember 2007 (USA)
Sebagian besar lagu dalam film ini seolah-olah menyatakan: dengarkan saja suara hati kami para penyanyi. Ya, lirik-liriknya terkesan cerdas dan mewakili pikiran-pikiran yang spontan tertuang, tanpa perlu banyak pertimbangan sumbang-tidaknya nada yang ternyanyikan. Seolah-olah, lagu-lagu itu juga menjadi representasi kepribadian Juno yang lugas dan lepas dalam berekspresi. Jiwa muda yang senantiasa rindu merdeka.
Juno (Ellen Page) hamil di usia yang amat muda, 15 tahun. Kehamilannya pun terjadi begitu saja. Ia menyukai Paulie Bleeker (Michale Cera), teman sebayanya. Ia kagum pada kakinya yang panjang. Ia jadi atlit lari di sekolah, pandai main gitar seperti Juno, teman satu band, walau Paulie berbeda jauh wataknya dengan Juno. Paulie lebih banyak diam, kalem, dan penurut.
Ayah Juno (J.K. Simmons), yang di kemudian hari tahu bahwa Juno telah dihamili Paulie sempat berekspresi dengan wajah lucu akibat kekagetan, amarah tertahan, dan rasa tidak percaya bahwa Paulie melakukan hal itu. Ia kemudian berkomentar kalau anak muda itu rasanya tak mampu melakukannya. Namun, kehamilan sudah terjadi dan orang tua Juno menerima kehamilan anaknya dengan berbesar hati.
Terlepas dari kebiasaan anak muda di Amerika yang sudah terbiasa melakukan seks bebas, minum dan memakai berbagai jenis narkoba, film Juno menawarkan kisah yang lain. Ia anak baik, tahu banyak soal musik, ceria dan enerjik, keluarganya bahkan sangat baik mendidik. Melihat Ellen Page memerankan tokoh ini, mungkin tak ada satu pun dari kita yang akan membencinya. Begitu polos dan apa adanya, aktingnya begitu wajar sebagai remaja 15 tahun, menjadi hamil karena sedikit ceroboh mencoba-coba berhubungan intim di atas kursi dengan pemuda yang sangat kalem.
Di sinilah Diablo Cody, penulis skenario, menunjukkan kepiawaiannya. Secara garis besar ia menghadirkan nilai-nilai penting untuk kita cermati. Ia lihai menampilkan jalinan hubungan antar-manusia dalam sebuah keluarga yang penuh kasih. Dan kasih-sayang itu mengalir deras di sepanjang cerita. Namun, cerita itu tak hanya berakhir di keluarga Juno. Diablo Cody juga memotret sebuah keluarga lain.
Saat Juno membuat pengakuan tentang kehamilannya di depan orang tuanya, sebelumnya ia sudah mendapat sebuah keluarga. Mereka sepasang suami istri kaya, Mark Loring (Jason Bateman) dan Vanessa Loring (Jennifer Garner). Namun, Mark dan Vanessa yang di awal pertemuan mereka dengan Juno dan ayahnya tampak baik-baik saja dan mesra itu, ternyata menyimpan sebuah rahasia lain.
Vanessa sudah lama hendak menjadi ibu. Lebih dari apa pun, anak adalah impian terbesarnya. Betapa ia akan senang dengan kehadiran si bayi yang akan selalu diimpikannya. Jennifer Garner menghayati perannya sebagai ibu cukup mantap, mengingatkan kita pada perannya yang lain dalam Freedom Writers. Namun, di film ini keceriaannya agak sedikit redup. Ia tampil anggun, tabah dan sabar menghadapi Mark yang ternyata tak kunjung dewasa, suka menonton film hantu, dan main gitar. Jiwa muda Mark ini ternyata rahasia yang kelam dalam hubungannya dengan Vanessa. Nah, Juno justru menyukai jiwa muda Mark itu: beberapa kali mereka berdua menikmati musik-musik jadul dan menonton film horor. Di sinilah kemudian konflik yang terajut jadi lebih luas. Ketika mata Juno terbuka akibat rahasia yang mengancam kebahagiaan dan kelanggengan hubungan Mark-Vanessa itu, Juno jadi bimbang hendak menyerahkan bayinya kepada mereka berdua.
Ketika kebingungannya memuncak, Juno kembali ke rumahnya. Saat itu ia baru saja dari rumah Mark, dan hatinya sedang terguncang. Dia berkata dalam hatinya, "Aku baru sadar betapa aku menyukai rumah saat berada di tempat yang berbeda." Ia memetik sebuah bunga, kemudian memutarkan mahkotanya yang berwarna ungu di permukaan perutnya yang terus membuncit.
Dari sinilah kemudian kita bertanya-tanya: akan tetap diserahkankah si bayi kepada keluarga Loring? Bagaimana dengan hubungan Paulie dan Juno? Apakah kisah ini akan menjadi kisah tiga keluarga? Kita lihat saja. Sebuah pesan dari ayah Juno yang bijaksana menyatakan bahwa hubungan yang harus kita pertahankan adalah hubungan dengan orang yang menyayangi kita apa adanya. "Ketika kau cantik, atau jelek, bahagia, atau kesal, kau akan tetap menjadi matahari baginya," begitu kira-kira ia berkata.
Tak lama berselang setelah kata-kata ini diucapkan, si bayi lahir! Ia kemudian menjadi pelita bagi jiwa remaja Juno yang walau selalu ceria, namun juga serba diliputi kebimbangan selama empat musim dalam suatu babak hidupnya. Ia kini tampak lebih dewasa dan bersahaja. Perpaduan dan gejolak aneka rasa di jiwa remaja ini telah tuntas terkisahkan dengan cerdas dan manis di sepanjang film.
Dan, dengan kelahiran si bayi pula, sebuah kebersamaan lain turut dilahirkan.
Sidik Nugroho
Malang, Minggu, 8 Februari 2009, 12:19
Ralat (9 Februari 2009): Jennifer Garner tidak main di Freedom Writers, tapi Hillary Swank. Wah, memang mirip keduanya di mataku. Maaf.
Ralat (9 Februari 2009): Jennifer Garner tidak main di Freedom Writers, tapi Hillary Swank. Wah, memang mirip keduanya di mataku. Maaf.
3 comments:
bagus kata-katanya yang capture film itu.. :D
nah... itu... baru bener, hillary swank! keren mas mainnya
akhirnya dapat juga freedom writers. kutonton malah sebelum juno, mas.
goro2 sampeyan aku penasaran sekian lama, haha...
tapi sayang, waktu itu gak bawa laptop. sebenarnya udah gatal pengen ngeresensi, hehe...
Post a Comment