Life begins at forty. "Ah, yang benar saja!" Jawaban ini mungkin diberikan oleh sederetan tokoh berikut:
Isaac Newton. Ia memperkenalkan hukum gravitasi pada saat berusia 24 tahun.
Victor Hugo. Ia menulis kisah tragedi pertamanya saat berusia 15 tahun.
Blaise Pascal. Ia menulis semua karya besarnya antara umur 16 hingga 37 tahun.
Johannes Calvin. Ia bergabung dengan gerakan Reformasi saat berusia 21 tahun dan menulis karyanya yang terkenal, Instituo, saat berusia 27 tahun.
Charles Dickens. Ia terkenal sebagai salah satu penulis fiksi yang hebat; menuliskan novelnya Oliver Twist yang terkenal pada saat berusia 25 tahun.
Raphael melukis karya-karya besarnya hingga ia meninggal di usia 37 tahun.
Life begins at forty dijadikan semboyan hidup, mungkin salah satunya karena secara psikologis, usia empat puluh dianggap tolok ukur kedewasaan. Namun, kedewasaan dapat pula ditafsirkan dengan menilik sisi lain. Kedewasaan bukan hanya diukur dengan jumlah usia, tapi hidup yang bertanggung jawab.
Paling tidak, sederetan tokoh yang disebut di atas bisa dibilang bertanggung jawab atas talenta yang Tuhan berikan kepada mereka. Mereka tahu bahwa dengan semua yang sudah mereka miliki, mereka tak bisa tinggal diam. Mereka melakukan sesuatu, mereka berjuang untuk mendapatkan yang terbaik.
Nah, sudahkah Anda bersyukur, dan memberdayakan segenap yang Anda miliki saat ini dengan baik? Baik yang berusia sebelum 40, pas 40 atau 40 lebih, marilah kita semua bertanggung jawab untuk mengembangkan diri kita sebaik mungkin! (~s.n~)
3 comments:
setuju deh.
kedewasaan seseorang tdk dilihat dari umur tapi dari bagaimana dia menghadapi hidup dan menjalani kehidupan ini. halaaaa...saya sok berfilsafat nih. lam kenal ya
terima kasih komentarnya.
bersyukur mah harus tiap hari krn banyak hal yg musti kita syukuri , melihat ke bawah ke org-org yg kurang beruntung keadaannya dibanding kita membuat kita mudah beryukur
Post a Comment