Mazmur 30
Daniel Defoe disebut-sebut sebagai novelis yang mewakili zamannya ketika menuliskan Robinson Crusoe. Robinson, tokoh utama dalam novel itu adalah seorang pria berprinsip kuat, petualang sejati, dan berapi-api. Karakternya yang kuat itu tercipta akibat sebuah titik balik dalam hidupnya.
Ia terdampar di sebuah pulau suatu waktu setelah kapalnya meledak. Ia tak punya banyak barang lagi. Tak berdaya. Suatu pagi ia membuka Alkitab dan menemukan ayat: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau" (Ibrani 13:5).
Membacanya, ia merenung: "Jika Allah tidak meninggalkan saya... apa yang perlu dipermasalahkan, meski seluruh dunia meninggalkan saya...?" Ia melanjutkan renungannya dengan suatu tindakan: dia menyukuri apa yang dia hadapi. Dia melanjutkan hidupnya.
Pernahkah kita berada pada suatu masa ketika kita merasa bagai terdampar di sebuah pulau keterasingan? Kala itu semua terasa muram, tak ada lagi yang peduli akan apa yang kita temui dan perubahan nasib kita. Saat itulah sebenarnya kita perlu menyadari adanya sebuah penyertaan abadi yang tak pernah surut adanya: penyertaan Tuhan.
Hidup penuh ketidakpastian yang tak bisa dihindari siapa pun. Ketika pada akhirnya pengharapan kita yang sudah disatukan dengan kebulatan tekad untuk berjuang, dipadu pula dengan segenap upaya yang gigih menembus sebuah tantangan serasa tetap menemukan jalan buntu, maka kita berhak akan adanya wujud nyata dari penyertaan Tuhan yang abadi itu: sebuah mukjizat. (~s.n~)
"Kegigihan, pada akhirnya akan tetap lebih dikenang daripada keengganan, walau kita tidak men.dapatkan apa yang kita harapkan."
No comments:
Post a Comment