9.9.09

Komik-komik Nasionalis Indonesia

Sidik Nugroho*)

Judul Buku: Legenda Sawung Kampret -- Warok Surobangsang
Gambar dan Cerita: Dwi Koendoro
Penerbit: Cergam Cakrabintang
Tebal: 48 halaman
Cetakan pertama, Juni 2009

Judul Buku: Sukir Jagoan Nusantara -- Untuk yang Paling Berharga
Gambar dan Cerita: M. Buchori
Penerbit: Empat Warna Media
Tebal: 44 halaman
Cetakan pertama, Agustus 2009

R.A. Kosasih dengan karya terkenalnya Mahabharata, dan beberapa komik wayang lain karyanya, tampaknya masih belum menemukan pengganti yang sepadan---hingga kini. Di zamannya, bangsa kita benar-benar menyukai komik-komik beliau. Waktu berjalan, dan bersamaan dengan merebaknya novel Kho Ping Ho, Wiro Sableng, atau Pendekar Rajawali Sakti di tahun 1980-an dan 1990-an, juga sandiwara radio berlatar sejarah buah tangan S. Tijab, masuk pula komik Jepang seperti Tiger Wong, Doraemon, atau Tapak Sakti atau komik-komik Disney. Di masa ini, tampak jarang komikus Indonesia yang karyanya mendapat pengakuan luas.

Namun, ada Dwi Koendoro, yang akrab disapa Dwi Koen, yang pada saat-saat ini menunjukkan eksistensinya sebagai salah satu komikus produktif. Panji Koming, karyanya yang terkenal, terpublikasi di harian Kompas.

Kemudian, beberapa tahun lalu sempat ada komik Sukab garapan sastrawan Seno Gumira Ajidarma bersama Zacky. Komik itu mendapat sambutan cukup luas, walau berbobot sastra cukup tinggi. Kita menemui kutipan lagu dan sajak bertebaran di sekujur komik. Di dalamnya juga banyak sekali kritik sosial dan politik. Alih-alih menghibur, komik ini jadi terkesan satiris. Perkembangan terus berlanjut---pasang-surut. Kini, kalau diamati, tampaknya dunia komik kita saat ini makin heterogen. Sykurlah, di antara keberagaman itu, ada dua komik yang menghembuskan nilai-nilai nasionalisme. Mari kita tilik.

***

Dalam buku komik Legenda Sawung Kampret yang rilis Juni lalu, Dwi Koendoro menghadirkan lagi komiknya yang pernah dimuat di majalah Humor tahun 1991, digabung dengan sebuah cuplikan dari buku komiknya yang pernah diterbitkan Mizan pada tahun 1999. Walau dikemas dengan latar belakang sejarah penjajahan, bumbu patriotisme yang kental, dan perpaduan berbagai bahasa, komik ini tampil menghibur dengan pengisahan tokoh-tokohnya yang lucu. Walau penggarapan lelucon terkesan segar, sayangnya, huruf-huruf yang digunakan terlalu kecil, sehingga agak mengurangi kenikmatan membaca.

Dalam penggabungan kedua cerita dari cuplikan buku dan terbitan majalah ini dikisahkan asal-muasal Sawung Kampret. Sawung adalah jagoan asli Indonesia; ia keturunan dari beberapa suku di Indonesia. Sawung Kampret di kisah ini hidup pada zaman VOC, abad ke-17. Ia memiliki seorang sahabat bernama Na'ip yang sering bertengkar dengannya. Keduanya jagoan yang serba-konyol. Sawung suka salah sebut nama orang. Sementara Na'ip selalu tampil kocak, terutama karena suka melorotin celana musuhnya.

Komik ini mengisahkan konflik antara Sawung dan Warok Surobangsang. Warok adalah musuh bebuyutan ayah Sawung. Warok ditugaskan oleh Aria Togog membobol harta VOC yang telah mencuri keuntungan yang semestinya diperoleh Aria Togog. Gagal dalam tugas, ia masuk penjara. Di penjara, ia justru dibebaskan oleh Sawung dan Na'ip yang saat itu membebaskan keponakan Tan Ping San. Tan Ping San adalah kakak angkat Sawung Kampret.

Ya, Sawung diasuh oleh orang Cina. Ia bahkan dididik oleh Belanda. Ia pribadi yang bertumbuh-kembang dalam asuhan orang-orang multikultural. "Kakek kita orang Belanda. Abang kita orang Cina," kata Sawung dan Na'ip ketika masih kecil. Sejak kecil Sawung tidak tahu bahwa Warok adalah musuh keluarganya. Ketika sejarah keluarga Sawung mereka terbongkar, Sawung, Na'ip dan beberapa kawan mereka malah menggelar sebuah pertarungan yang lucu dengan si Warok.

***

Bila Sawung Kampret memotret banyak aspek budaya, komik Sukir menghadirkan tokoh yang lain dari biasanya: seorang tua berkumis yang pandai bela diri bernama Sukir--- bukan pemuda tampan, gadis cantik, atau superhero yang berilmu mahadahsyat. Wajahnya mirip Pak Raden. Tokoh ini tampak berawal dari idealisme tinggi kreatornya yang berusaha mengusung nilai-nilai nasionalisme. Diluncurkannya juga tepat pada bulan Agustus 2009, saat perayaan kemerdekaan Indonesia ke-64.

Komik ini mendapat sentuhan digital yang cukup dominan. Bila Sawung Kampret tampak didominasi garapan tangan (hanya teks-nya yang digarap dengan bantuan komputer), Sukir tampak disketsa awal dengan cara manual, kemudian diwarnai dengan menggunakan program komputer seperti Photoshop. Namun, sentuhan digital ini tak lantas membuatnya jadi mirip komik luar negeri yang tampaknya banyak yang bernuansa digital. Pun, karakter, ekspresi, dan latar yang tergambarkan di komik Sukir sangat Indonesia.

Kisahnya tentang Sukir yang menangkap seorang teroris bernama Mr. Jek dalam sebuah bis. Teroris itu seorang yang melarikan diri dari penjara. Seisi bis panik ketika ia menodongkan senjata. Dengan beberapa jurus Sukir---yang kesannya mirip jurus tokoh di novel-novel jagoan berseri yang beredar di Indonesia sekitar satu-dua dasawarsa silam--- ia kemudian menjadi pahlawan untuk seisi bis. Kisahnya cukup baik tergarap; ada kejutan tersendiri di bagian akhir. Namun, tata bahasanya perlu digarap lebih rapi.

***

Kedua komik ini, muatan nasionalismenya kentara dan terasa benar---keduanya disampaikan dengan cukup menggugah untuk pembaca. (Sawung Kampret ditujukan bagi pembaca remaja hingga dewasa; sementara Sukir lebih pas untuk anak-anak.) Nasionalisme yang terlampir lewat pengisahan latar-sejarah, bahasa, dan perjuangan kental di komik Legenda Sawung Kampret. Sementara komik Sukir Jagoan Nusantara membingkai nasionalisme itu dalam pemilihan karakter utamanya yang lain daripada yang lain---khas Indonesia.

Di tengah kondisi bangsa yang makin kehilangan jati-diri seperti sekarang ini, dibutuhkan komik-komik yang memuat nilai-nilai nasionalisme dengan tokoh atau cerita seperti Sukir dan Sawung Kampret ini. Harus diakui, minat anak-anak dan remaja terhadap komik jauh lebih besar daripada novel---apalagi buku pelajaran. Komik menghadirkan kenikmatan yang besar ketika dilahap. Karenanya, komik---walau kerap dianggap sebagai bacaan kelas dua---memiliki andil besar dalam mengubah suatu masyarakat atau bangsa. Ke depan, kiranya lebih banyak lagi tokoh komik asli Indonesia seperti Sawung Kampret, Sukir, atau lainnya, yang mampu tampil memikat, yang lahir untuk menjadi pesaing tokoh-tokoh komik Disney dan komik Jepang.

Sidoarjo, 6-9 September 2009
*) Guru SD yang doyan baca komik

1 comment:

Astince said...

wa2san nya luas ni blog,kunjungi blog ku dihttp://www.dugempicz.blogspot.com
isinya gambar,tpi ku buat sekeren mungkin