7.7.09

Kritik Sosial, Aura Kasih dan Semangat Rocker

Review album terbaru God Bless 36th

Judul Album: 36th
Artis: God Bless
Tahun: 2009
Jumlah lagu: 10
Label: Nagaswara

God Bless bisa dibilang sebagai grup rock papan atas -- teratas malah -- di Indonesia. Selama 36 tahun malang-melintang di blantika musik Nusantara, baru enam album mereka rilis. Di album keenam yang diberi judul 36th ini, mereka mencoba menawarkan sesuatu yang lain dari yang ditawarkan oleh band-band yang juga terkategori band beraliran rock dewasa ini.

N.A.T.O. (No Action Talk Only) menjadi lagu pembuka dari album ini. Menghentak dan penuh vitalitas. Dengan lirik yang kritis dan sedikit gaul, disertai musik rancak yang cukup atraktif, N.A.T.O. sukses menjadi pembuka yang mantap, mengingatkan kita pada Bis Kota, sebuah lagu God Bless masa silam.

N.A.T.O. disusul Prahara Timur Tengah. Kali ini, citarasa musik Timur Tengah digarap apik dengan turut menyertakan kata-kata bahasa Arab dalam syairnya: "Wa laa yughoyyir, hatta tughoyyir". Bila dihayati, lagu seperti Prahara Timur Tengah inilah salah satu hal yang membuat God Bless tampil beda. God Bless, dengan caranya yang khas, selalu menyajikan akulturasi musik, bahkan ketika Ian Antono, Donny Fattah dan Achmad Albar membentuk Gong 2000. Di grup itu mereka menciptakan lagu Bara Timur yang kental dengan sentuhan nuansa musik Jawa-Bali. Musikalitas mereka mungkin tak secanggih grup band atau musisi hebat di Barat sana, tapi ciri khas mereka dalam memadukan berbagai elemen musik, juga nuansa etnik dari berbagai kebudayaan, lalu menyajikannya dalam sebuah karya, benar-benar patut dipuji.

Lagu Biarkan Hijau, bertema sama seperti N.A.T.O. dan Prahara Timur Tengah -- memuat kritik sosial atas kondisi yang terjadi. Biarkan Hijau iramanya sedikit mirip seperti beberapa lagu Deep Purple yang kental dengan hentakan-hentakan khas. Namun, tak semua lagu di album ini berirama keras dan memuat kritik sosial. Kita semua tahu, God Bless juga dikenal sebagai band pelantun balada atau tembang cinta yang juga ciamik.

Lagu bertema cinta dalam album ini ada dua: Kar'na Kuingin Kau Bahagia dan Pudar. Sayangnya, entah mungkin karena faktor usia, lagu-lagu cinta ini kurang gregetnya. Mungkin juga penciptanya (kebetulan sama-sama diciptakan oleh Cahya Sadar) sudah tak lagi muda. Lagu cinta mereka tak lagi berkekuatan seperti Rumah Kita, atau Huma di Atas Bukit, misalnya. Mungin juga, lagu-lagu cinta yang bersahaja, yang menawarkan kesetiaan dan pengabdian, memang asing di zaman yang sarat dengan syair lagu selingkuh dan pacaran putus-nyambung ini.

Di lagu Pudar, entah sengaja atau tidak, kesannya malah main-main. Dua bait akhirnya berbunyi: "Namun masih adakah hangat untuk didekap, kala peluh cinta sudah dingin tanpa aura... kasih". Lho, kok Aura Kasih?

Lagu yang agak lucu -- tidak tahu nih: sengaja atau tidak sengaja dibuat lucu -- adalah Sahabat. Kalau kita tidak disuguhi suara gonggong anjing di bagian tengah dan akhir lagu, kita bisa mengira yang tidak-tidak atas syair lagu ini. Suara Achmad Albar yang rasanya tidak pas dibikin centil dalam lagu ini, dapat dianalogikan dengan seorang binaragawan seperti Ade Rai yang suka dolanan Barbie. Ya, rocker kok centil sih? Tidak pas, tidak alami dan tidak wajar saja kedengarannya. Jadi lucu.

Syair yang kurang apik tergarap ada pada lagu Dunia Gila dan Syair untuk Sahabat. Dunia Gila, syairnya terkesan fatalis dan kelewat hiperbolis, seolah-olah tidak ada lagi ruang renungan untuk kebaikan terkecil yang dilakukan seorang insan. Sementara Syair untuk Sahabat berupaya puitis dan reflektif, namun terangkai dalam nada yang kurang lincah dipilih, sehingga kesannya muram dan mengambang.

Memang, tak semua lagu dalam sebuah album musik menjadi hits. Seperti yang telah diuraikan di atas, sebuah album dapat memuat berbagai lagu yang kadang mengecewakan. Namun, menjadi hits atau tidak, ada sebuah lagu yang paling apik dan matang tergarap di album ini. Judulnya Jalan Pulang. Mengamati liriknya yang kental dengan balutan pesan spiritual dan humanisme, kita akan terpana: "Kembalilah memohon pada-Nya, tegarkan hatimu dan ketuklah pintu-Nya."

Belum lagi, di lagu itu, tampaknya ada sentuhan nuansa musik gerejawi, dalam sebuah bagian yang dijuduli Choir. Masih lanjut, tak habis di situ, di bagian akhir ada pula dinamika lain yang dikembangkan, yang amat variatif, mengingatkan kita pada karya-karya keempat personil Queen yang kerap memvariasikan musiknya dengan berbagai dinamika dan perubahan tempo. Lagu ini membuat kita teringat pada lagu God Bless lain berjudul Selamat Pagi Indonesia yang kental dengan dinamika.

Lagu terakhir adalah Rock 'n' Roll Hidupku. Mendengar lagu ini jadi teringat EdanE yang pada beberapa tahun silam menulis lagu Rock in '82. Di dalamnya ada kata-kata: "Hidupku rock 'n' roll, Jack!" Lagu yang cukup berenergi, walau agak disayangkan, suara Achmad Albar di lagu ini dibuat lebih berat, mirip Rod Stewart. Rock 'n' Roll Hidupku adalah lagu yang cukup gamblang dalam menjelaskan siapa God Bless: idealismenya, citarasa bermusiknya, hingga jatidirinya.

Di masa silam, God Bless adalah bintang-bintang rock kelas atas. Achmad Albar adalah seorang artis yang cukup sering jadi bintang sampul Aktuil, majalah asuhan Remy Sylado. God Bless melantunkan lagu Semut Hitam, dan semua orang di stadion mana pun yang mendengarnya akan bergoyang kepala dan berjingkrak penuh semangat. Begitu pula dengan Bis Kota dan Kehidupan: energi kita serasa disentil untuk bangkit lagi. Rumah Kita, Huma di Atas Bukit, Syair Kehidupan dan Balada Sejuta Wajah, membuat kita merenung dalam-dalam arti cinta yang penuh kesederhanaan, juga kehidupan. Sementara Musisi dan Selamat Pagi Indonesia membuat kita terpana akan sebuah suguhan musik yang tergarap rapi dan berkualitas, tanpa harus canggih dan terlalu rumit.

Upaya akulturatif memadukan jenis, warna dan nuansa musik, serta penyampaian kritik sosial yang selalu representatif dengan keadaan dan kejadian aktual, memang telah membuat God Bless di sepanjang perjalanan bermusiknya memiliki tempat tersendiri dalam hati berbagai kalangan masyarakat Indonesia. God Bless tak akan terlupakan. Dan, terutama, dalam membangkitkan semangat hidup, peran God Bless rasanya masih sulit digantikan grup band lain di masa kini.

Sidik Nugroho
Peminat musik rock dan penyuka gitar
http://tuanmalam.blogspot.com

3 comments:

eha said...

Semut hitam, Rumah kita, Syair kehidupan ... lagu-lagu yang kusuka dari grup ini. Walau tidak nge-fans, tapi aku melihat grup ini belum ada tandingannya di alirannya.
Satu lagi nilai tambah dari vokalisnya, ketika rumah tangganya diguncang prahara ... Achmad Albar memilih tidak mendiskreditkan Rini S. Bono di depan umum. Aku kagum atas tindakan itu.

M.Iqbal Dawami said...

Bung, kok ulasan ttg Aura Kasih nya gak ada? Pdahal itu yg menjadi daya tariknya (buatku), hihi....

Sidik Nugroho said...

ada kok, ttg aura kasih. tapi cuma dikit, satu paragraf. gak blh banyak2, ntar dikira mereview aura kasih punya album, hehehe...