24.2.10

dik, maukah kau?

dik, maukah kau
menikmati senja terindah?
sebuah gunung harus kita taklukkan
belukar dan ilalang akan kita terjang
pendakian jarang istirahat akan kita adakan
hingga puncak gunung itu tergapai
dan matamu yang lelah-teduh
tentunya akan berubah indah
membaur dengan senyummu
dan ujar-ujarmu yang riang dan manja
: senja, oh, senja!

dik, maukah kau
menikmati senja terindah lagi?
sebuah hutan akan kita terabas
menuju pantai perawan itu
di tepi pulau kita yang sunyi
yang mungkin dihuni binatang buas
tak ada turis di sana
tak ada warkop dan persewaan pakaian renang
namun kau harus memikul kayu bakar
dan aku membawa perlengkapan tenda
berat dik? tak masalah, katamu
hingga peluh yang ada di keningmu kelak kuhapus
dan matamu kembali bersinar
bibirmu kembali bergetar
: senja, oh, senja!

dik, maukah kau
menikmati senja terindah...
lagi?
tolong buatkan aku secangkir teh
maka nanti akan kukisahkan kepadamu
sebentuk kisah yang mengantarmu menjelang malam
tanpa pernah melupakan
: senja kali ini

malang-sidoarjo, dalam bis, menjelang senja
21.02.2010

13.2.10

Resensiku Dijiplak di Surabaya Post

Mungkin ini pengalamanku paling apes sejauh ini dalam hal meresensi buku. Seorang redaktur koran memintaku meresensi buku Mendongkel Yesus dari TahtaNya. Aku mau minta ke penerbitnya takut kelamaan. Aku beli di Surabaya, kubaca dua minggu, kubuat resensinya.

Setelah resensi itu kukirim, redaktur tersebut menganggap tulisanku masih kurang apik dan maknyus. Akhirnya kuubah sampai dua kali. Kukirimkan tiga versi tulisanku, tapi masih belum layak muat. Bagiku tak masalah dengan keputusan itu. Tiap editor atau redaktur punya selera. Tapi masalah lain datang:

Malam ini, kutemukan berita ini waktu aku mau cari bahan nulis renungan. Kaget aku: serasa membaca tulisanku sendiri! Tulisan ini dimuat di Surabaya Post.

Ini linknya: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=40d670477ea432dea2ee336c54d03a9b&jenis=d41d8cd98f00b204e9800998ecf8427e.

Kukutipkan sekalian resensinya:

Menjernihkan Pengeruhan Iman Kristen

Judul Buku: Mendongkel Yesus dari Takhta-Nya
Penulis: Darrell L. Bock dan Daniel B. Wallace
Penerjemah: Helda Siahaan
Tebal: 285 halaman, 2009
Peresensi: Supriyanto
(Peminat buku keagamaan tinggal di Surabaya)

Pada kelahiran Yesus, sebuah nubuat tersabadakan. Seorang tua bernama Simeon menubuatkan Yesus akan selalu menjadi titik perbantahan. Takhta-Nya sebagai Mesias selalu digoyang dan diserang. Dan tak salah, jika belakangan kita akan terus melihat guncangan dan serangan itu.

Kini, di berbagai kampus di seluruh dunia, dikaji tentang bagaimana takhta Yesus terus digoyang. Yang mutakhir, dikembangkan sebuah konsep pengajaran baru yang bertolak belakang dengan Kristianitas. Yesusanitas atau Jesusanity sebuah pengajaran yang tak mendudukkan Yesus sebagai Juruselamat. Secara konseptual Yesusanitas merupakan ideologi untuk menempatkan Yesus sebagai tokoh politik radikal, atau guru yang agung dan hebat, dan menolak posisi Yesus sebagai Kristus, atau Mesias.

Novel dan film Da Vinci Code laris-manis di masyarakat global. Serangan atas iman Kristen dilancarkan dengan gencar dan banyaknya buku yang mengguncang iman Kristen seolah menjawab nubuat Simeon. Berbagi buku dan film itu pun diakui oleh para kreatornya didasarkan atas hasil riset mendalam. Hal ini tak pelak menjadikan seseorang terdorong menjadi penganut Yesusanitas. Konsep ini semakin menyedot perhatian publik.

Dua penulis buku Mendongkel Yesus dari Takhta-Nya dengan judul asli Dethroning Jesus, Darrell L. Bock dan Daniel B. Wallace, mencoba melakukan klasifikasi beberapa klaim seputar Yesus ”yang lain.” Mereka melakukan pemilhan dalam enam bagian. Klaim pertama adalah tentang kitab-kitab dalam Perjanjian Baru (PB) yang dianggap dirusak oleh para penyalin hingga tak terpulihkan.

Klaim tersebut dimotori buku karya Bart Ehrman berjudul Misquoting Jesus. Buku bernada provokasi ini menjadikan orang pesimis akan kondisi naskah-naskah yang menjadi acuan penulisan Injil, dengan mengisyaratkan tak adanya naskah asli yang menjadi sumber atau acuan penulisan Injil.

Klaim kedua dan ketiga terkait eksistensi berbagai Injil dari kelompok Gnostik rahasia, seperti Injil Yudas dan Injil Tomas. Berbagai kelomopk Gnostik memberi penekanan berlebihan mengenai wahyu ilahi rahasia terhadap orang-orang tertentu saja. Injil Yudas disebut-sebut menjadi kitab bagi versi Kristianitas alternatif di abad-abad pertama Masehi.

Dalam kasus tersebut, Bart Ehrman berkomentar di sini Injil Yudas menjungkirbalikkan Kristianitas. Yudas yang dianggap pemberontak karena mengkhianati Yesus dalam Kristianitas, justru menjadi pembuka jalan bagi penyaliban. Intinya, justru karena "pengkhianatan" Yudas, Yesus bisa mati tersalib. Dengan tersalibnya Yesus maka dibukalah penyelamatan bagi umat manusia.

Klaim yang keempat adalah ajaran Yesus yang dianggap hanya bermuatan sosial dan politik. Klaim ini muncul dengan adanya buku karya Marcus Borg dan John Dominic Crossan berjudul The Last Week tentang minggu terakhir Yesus sebelum disalib. Saat itu Yesus ada di Yerusalem. Ia memasuki Yerusalem dengan menunggang seekor keledai muda. Ia mengucapkan sesuatu tentang pajak dan kekaisaran, berhadapan dengan mahkamah agama Yahudi, hingga mati disalib dengan tuduhan pemberontakan. Semuanya tampak memuat hal berbau politik.

Klaim kelima datang dari buku The Dynasty of Jesus karya James Tabor. Dalam buku ini Tabor menolak keadaan Yesus yang lahir dari seorang perawan. Ia kemudian menitikberatkan gagasannya pada rencana Yesus untuk membangun sebuah dinasti Yahudi bersama Yakobus, Petrus dan Yohanes. Sebuah rencana yang kemudian gagal karena tampilnya Paulus yang dianggap sebagai tokoh sentral dalam PB dan meletakkan dasar bagi Kristianitas lewat ajaran-ajarannya tentang Yesus Kristus.

Klaim keenam, berita seputar penemuan makam Yesus. Discovery Channel membuat film dokumenter tentang ini. Klaim ini menunjuk beberapa makam yang diklaim sebagai makam Yesus dan keluarganya. Yesus dalam klaim ini beristri dan beranak. Istri, anak, dan beberapa saudara Yesus dimakamkan selokasi dengan Yesus. Namun, hasil uji DNA telah menyatakan bahwa antara makam Yesus dan sebuah makam di situ—yaitu makam Mariamne, yang diduga adalah Maria ibu Yesus—tidak memiliki hubungan darah. Selain itu, nama Yesus cukup populer pada masa itu. Josephus, seorang ahli sejarah menyebut ada 10 orang bernama Yesus saat Yesus Kristus hidup.

Buku ini tepat dibaca oleh semua kalangan yang mengikuti maraknya perdebatan seputar iman Kristen belakangan ini, yang membenturkan logika dan keyakinan atas Yesus yang selama ini dikenal dari doktrin gerejawi. Buku ini mencoba menawarkan pemikiran kritis atas klaim-klaim itu. Buku ini menjadi semacam apologetika yang dikemas dengan meramu beragam wacana seputar perdebatan iman Kristiani.

*******

Bandingkan dengan resensiku Versi Pertama: http://tuanmalam.blogspot.com/2009/04/yesusanitas-dan-kristianitas-dalam.html dan Versi Ketiga:
http://www.facebook.com/sidiknugroho?v=app_2347471856&ref=profile#!/note.php?note_id=128128037770. Yang kedua lupa kusimpan.

Kukutipkan ya: Versi Pertama

Yesusanitas dan Kristianitas dalam Sebuah Buku Apologetika

Judul Buku: Mendongkel Yesus dari Takhta-Nya
Penulis: Darrell L. Bock dan Daniel B. Wallace
Penerjemah: Helda Siahaan
Penerbit: Gramedia
Tebal: 285 halaman
Cetakan pertama, 2009

Yesusanitas -- apakah itu? Diterjemahkan dari bahasa Inggris Jesusanity, Yesusanitas adalah suatu ideologi yang sedang diajarkan di berbagai perguruan tentang kedudukan dan identitas Yesus sebagai tokoh politik radikal, atau guru yang agung dan hebat. Dalam Yesusanitas, posisi Yesus sebagai Kristus, atau Mesias, tidak diakui. Karenanya, Yesusanitas bertolak belakang dengan Kristianitas, pengajaran yang menjunjung tinggi kedudukan Yesus sebagai Juruselamat.

Yesusanitas muncul, kemudian kian merebak, karena adanya beberapa klaim seputar Yesus "yang lain", yang semakin menyedot perhatian publik. Dua penulis buku ini, Darrell L. Bock dan Daniel B. Wallace, memilah klaim-klaim tersebut dalam enam bagian.

Klaim pertama adalah tentang kitab-kitab dalam Perjanjian Baru yang dianggap telah sangat dirusak oleh para penyalin hingga tak terpulihkan. Klaim ini dimotori oleh buku karya Bart Ehrman berjudul Misquoting Jesus. Buku yang ditulis dengan gaya amat provokatif ini membuat orang pesimis akan kondisi naskah-naskah yang menjadi acuan penulisan Injil. Ehrman membuat pernyataan-pernyataan yang mengisyaratkan ketiadaan naskah asli yang menjadi sumber atau acuan penulisan Injil.

Padahal, dibandingkan dengan berbagai jenis manuskrip lain berbahasa Latin dan Yunani yang ditemukan, Perjanjian Baru memiliki jumlah manuskrip yang sangat jauh lebih banyak. Dalam kurun waktu 50 tahun (100-150 M) saja, ada 5700 manuskrip Perjanjian Baru dalam bahasa Yunani, lebih dari 10.000 manuskrip berbahasa Latin, lebih dari 1 juta kutipan bapa gereja, dan belum termasuk sumber-sumber tertulis lain. Klaim Ehrman, kemudian menjadi begitu memukau, sekaligus meragukan, utamanya karena ia cenderung untuk berfokus pada perubahan-perubahan drastis dalam sejarah teks -- yang jumlahnya hanya segelintir. Perubahan-perubahan ini semestinya diperlakukan memadai dengan menakarnya ulang lewat kritik teks yang diupayakan menyeluruh dan terpadu dari sumber-sumber yang ada.

Klaim kedua adalah keberadaan Injil-Injil Gnostik rahasia, seperti Injil Yudas yang disebut-sebut menjadi kitab bagi versi Kristianitas alternatif di abad-abad pertama Masehi. Aliran Gnostik memberi penekanan berlebihan mengenai wahyu ilahi rahasia terhadap orang-orang tertentu saja. Dalam kasus ini, lagi-lagi ada Bart Ehrman juga yang berkomentar di sini bahwa Injil Yudas menjungkirbalikkan Kristianitas yang sejati: Yudas yang dianggap pemberontak dalam Kristianitas, justru menjadi pembuka jalan bagi penyaliban.

Klaim kedua ini lemah kedudukannya mengingat manuskrip Injil Yudas diindasikan ditulis pada akhir abad ketiga, dan naskah aslinya diperkirakan ditulis abad kedua. Jadi, jelas di sini bahwa Yudas bukan penulisnya. Ia mati menggantung diri tak lama setelah Yesus disalib. Jadi, semua yang ada di sini hanya rekaan: Yudas fiktif dan Yesus fiktif.

Klaim ketiga datang dari Injil Gnostik lain, yaitu Injil Tomas. Dalam Injil yang hanya memuat 114 pernyataan Yesus ini, Tomas menampilkan Yesus sebagai seorang guru. Ia tidak melakukan mukjizat, tidak memenuhi nubuat apa pun, dan tidak melakukan penebusan dosa. Injil Tomas menekankan pengetahuan, namun mengabaikan iman.

Klaim keempat adalah ajaran Yesus yang dianggap intinya bermuatan sosial dan politik. Klaim ini muncul dengan adanya buku karya Marcus Borg dan John Dominic Crossan berjudul The Last Week tentang minggu terakhir Yesus sebelum disalib. Saat itu Yesus ada di Yerusalem. Ia memasuki Yerusalem dengan menunggang seekor keledai muda. Ia menyucikan Bait Allah dengan cara yang radikal, mengucapkan sesuatu tentang pajak dan kekaisaran, berhadapan dengan mahkamah agama Yahudi, hingga mati disalib dengan tuduhan pemberontakan. Semuanya tampak memuat hal-hal berbau politik.

Borg dan Crossan kemudian menganalogikan secara politis sejarah Yesus dengan kondisi Amerika saat ini. Yesus dianggap politisi unggul yang "dibunuh karena impian-Nya", dan kemudian dibenarkan oleh Tuhan. Dalam Kristianitas, Yesus tidak melakukan semuanya karena bertujuan politis. Ia tak sekedar memenuhi impian-Nya, tapi kehendak Tuhan.

Klaim kelima datang dari buku The Dynasty of Jesus karya James Tabor. Dalam buku ini Tabor menolak keadaan Yesus yang lahir dari seorang perawan. Ia kemudian menitikberatkan gagasannya pada rencana Yesus untuk membangun sebuah dinasti Yahudi bersama Yakobus, Petrus dan Yohanes. Sebuah rencana yang kemudian gagal karena tampilnya Paulus yang dianggap sebagai tokoh sentral dalam Perjanjian Baru dan meletakkan dasar bagi Kristianitas lewat ajaran-ajarannya tentang Yesus Kristus.

Tampak di sini bahwa Tabor berusaha mempertahankan ke-Yahudi-an Yesus dengan mengabaikan Paulus, seorang rasul -- yang justru "sangat Yahudi" -- yang menyebarkan berita Injil ke bangsa-bangsa bukan Yahudi.

Klaim keenam datang dari berita seputar penemuan makam Yesus. Discovery Channel bahkan sudah membuat film dokumenter tentang ini dengan James Tabor sebagai penasihat sejarah utama. Klaim ini menunjuk beberapa makam yang diklaim sebagai makam Yesus dan keluarganya. Yesus dalam klaim ini beristri dan beranak. Istri, anak, dan beberapa saudara Yesus dimakamkan selokasi dengan Yesus. Namun, hasil uji DNA telah menyatakan bahwa antara makam Yesus dan sebuah makam di situ -- yaitu makam Mariamne, yang diduga adalah Maria ibu Yesus atau Maria Magdalena -- tidak memiliki hubungan darah. Selain itu, nama Yesus cukup populer pada masa itu. Josephus, seorang ahli sejarah menyebut ada 10 orang bernama Yesus saat Yesus Kristus hidup.

Klaim-klaim di atas menantang logika dan keyakinan kita atas keabsahan jati-diri Yesus yang selama ini dikenal dari Alkitab atau doktrin gerejawi. Buku apologetika yang dikemas dengan meracik sumber-sumber sejarah terpilih dan wacana-wacana terkini ini layak untuk dijadikan pegangan yang standar dan bersifat umum.

Judul buku ini (asli: Dethroning Jesus), tepat benar untuk menggambarkan apa yang sedang terjadi -- dan kemungkinan besar akan terus terjadi -- sesuai sebuah nubuat di masa silam: bahwa Yesus Kristus akan selalu menjadi biang perbantahan. Takhta-Nya sebagai Mesias selalu digoyang dan diserang. Kristianitas, kini tak sekedar memuat ibadah dan pengagungan, namun tampaknya juga mencakup upaya menelusuri dan memetik hikmah dari beraneka perbantahan itu. ***

Sidik Nugroho,
Peminat sejarah gereja, alumnus jurusan Sejarah Universitas Negeri Malang, guru SD Pembangunan Jaya 2 Sidoarjo, punya blog di http://tuanmalam.blogspot.com.

********

Kukutipkan Versi Kedua:

Yesus Kristus atau Yesus Saja?

Sidik Nugroho*)

Judul Buku: Mendongkel Yesus dari Takhta-Nya
Penulis: Darrell L. Bock dan Daniel B. Wallace
Penerjemah: Helda Siahaan
Penerbit: Gramedia
Tebal: 285 halaman
Cetakan pertama, 2009

Dalam sebuah film dikisahkan Yesus ingin tidak mati disalib. Ia berandai-andai memiliki keluarga, hidup bahagia sebagai manusia biasa. Kehidupannya "yang lain" ini ada dalam sebuah film bertajuk The Last Temptation arahan sutradara Martin Scorsese yang sempat memicu kontroversi. Namun, film Scorsese itu bisa dikatakan tak terlalu telak -- bahkan bisa dikatakan tak bermaksud -- menyerang iman Kristen, karena Yesus yang digambarkan dalam film itu hanya Yesus yang berandai-andai.

Belakangan ini, ada juga buku -- yang kemudian juga difilmkan -- yang membuat banyak orang tertohok. Sejak novel dan film Da Vinci Code laris-manis di masyarakat global, serangan atas iman Kristen dilancarkan dengan gencar dan bertubi-tubi dengan adanya buku-buku yang menggoncang iman. Buku-buku dan film-film yang diakui oleh para kreatornya didasarkan atas hasil riset mendalam, bukan lagi berandai-andai, yang cukup menyerang keutuhan teologi Kristen.

Teologi Kristen mengajarkan bahwa Yesus, yang populer juga dengan nama Isa, adalah Yesus Kristus. Kristus menunjukkan eksistensi Yesus yang bukan hanya seorang nabi. Kata Kristus berarti "yang diurapi oleh Allah" atau Mesias. Kata ini menekankan penjelasan penting dalam teologi Kristen bahwa ia adalah juruselamat yang diutus oleh Tuhan untuk menebus dosa-dosa manusia. Bahkan, ia adalah Tuhan yang mewujud jadi manusia.

Karena sulitnya peran dan kedudukan Yesus dicerna akal sehat manusia -- ia disebut seratus persen Tuhan dan seratus persen manusia -- maka beraneka perdebatan tentangnya berkembang sepanjang sejarah. Perdebatan, juga klaim, yang menimbulkan aneka penafsiran, akhirnya dapat bermuara pada sebuah ideologi yang disebut Yesusanitas.

Yesusanitas -- apakah itu? Diterjemahkan dari bahasa Inggris Jesusanity, Yesusanitas adalah suatu ideologi yang sedang diajarkan di berbagai perguruan tentang kedudukan dan identitas Yesus sebagai tokoh politik radikal, atau guru yang agung dan hebat. Dalam Yesusanitas, posisi Yesus sebagai Kristus, atau Mesias, tidak diakui. Karenanya, Yesusanitas berseberangan dengan Kristianitas, pengajaran yang menjunjung tinggi kedudukan Yesus sebagai Juruselamat dalam agama Kristen.

Yesusanitas muncul, kemudian kian merebak, karena adanya beberapa klaim seputar Yesus "yang lain", yang semakin menyedot perhatian publik. Dua penulis buku ini, Darrell L. Bock dan Daniel B. Wallace, memilah klaim-klaim tersebut dalam enam bagian.

Klaim pertama hingga kelima dalam buku ini disimpulkan Bock dan Wallace dari buku-buku yang menyanggah keabsahan dan keakuratan jati-diri Yesus. Pertama, tentang kitab-kitab dalam Perjanjian Baru yang dianggap telah sangat dirusak oleh para penyalin hingga tak terpulihkan. Klaim ini dimotori oleh buku karya Bart Ehrman berjudul Misquoting Jesus. Klaim kedua dan ketiga adalah keberadaan Injil-Injil Gnostik rahasia, seperti Injil Yudas dan Injil Tomas. Klaim keempat adalah ajaran Yesus yang dianggap hanya bermuatan sosial dan politik, seperti yang diuraikan Marcus Borg dan John Dominic Crossan berjudul The Last Week. Klaim kelima datang dari buku The Dynasty of Jesus karya James Tabor. Dalam buku ini Tabor menolak keadaan Yesus yang lahir dari seorang perawan dan dianggapnya berniat mendirikan suatu dinasti.

Klaim keenam cukup menghebohkan karena datang dari berita seputar penemuan makam Yesus. Discovery Channel bahkan sudah membuat film dokumenter tentang ini dengan James Tabor sebagai penasihat sejarah utama. Klaim ini menunjuk beberapa makam yang diklaim sebagai makam Yesus dan keluarganya. Yesus dalam klaim ini beristri dan beranak.

Klaim-klaim di atas menantang logika dan keyakinan umat Kristen atas keabsahan jati-diri Yesus yang selama ini dikenal dari Alkitab atau doktrin gerejawi. Buku ini mencoba menawarkan pemikiran kritis atas klaim-klaim itu. Buku apologetika yang dikemas dengan meracik berbagai wacana terkini seputar perdebatan iman Kristiani ini layak untuk dijadikan pegangan yang standar dan bersifat umum. Bukan hanya bagi umat Kristen, buku ini juga tepat dibaca oleh semua kalangan yang mengikuti maraknya perdebatan seputar iman Kristen belakangan ini.

Buku ini secara garis besar membela iman Kristen. Kehadiran buku-buku yang disebut dalam enam klaim di atas -- juga film dari Discovery Channel yang tadi telah disebut -- mau tak mau dapat menimbulkan efek yang luas bagi umat Kristen. Sudah barang tentu, semua klaim ini bisa membuat banyak umat Kristen sangsi atas keabsahan iman yang selama ini mereka anut. Perlu ada sebuah buku, dari teolog yang berkompeten dalam menangkal serangan-serangan itu.

Darell L. Bock adalah seorang yang tepat; ia tercatat sebagai penulis buku laris Breaking the Da Vinci Code. Ia juga menjadi kontributor di ChristianityToday.com, sebuah situs yang sangat aktif dalam membahas isu-isu yang berkembang seputar kekristenan di masa kini. Rekannya, Daniel B. Wallace, adalah penulis yang produktif, seorang ahli-kritik teks Perjanjian Baru. Kedua penulis ini adalah profesor di Dallas Theological Seminary di Texas.

Untunglah, status mereka sebagai profesor tak membuat pembaca awam mengerutkan dahi. Bahasa yang dipergunakan dalam buku ini cenderung populer, dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia cukup nyaman diikuti. Gramedia Pustaka Utama sebagai penerbit yang menerbitkan beberapa buku terjemahan yang telah disebut dalam klaim-klaim di atas tadi, mengambil tindakan jitu menerbitkan buku terjemahan ini pula. Ini menjadi sebuah keputusan yang tampak berimbang, sekaligus market-oriented: dari penerbit yang sama, keluar buku yang saling bertentangan.

Pertentangan demi pertentangan yang terjadi seputar iman Kristen rasanya terus akan berlanjut. Yesus yang tertulis dalam Injil dan disembah orang Kristen selalu berpeluang untuk ditentang kedudukannya sebagai Yesus Kristus. Bagi para penentang dia bukanlah Yesus Kristus; dia hanya Yesus, tak lebih dari itu. Nah, setelah pertentangan demi pertentangan itu terjadi, juga demi bersiaga sebelum pertentangan-pertentangan lain muncul, buku ini patut dijadikan pegangan. Buku ini, pada akhirnya mengajak pembaca merenung sebuah hal yang penting: Kristianitas, kini tak sekedar memuat ibadah dan pengagungan, namun tampaknya juga mencakup upaya menelusuri dan memetik hikmah dari berbagai pertentangan itu. ***

*) Sidik Nugroho, alumnus jurusan Sejarah Universitas Negeri Malang, guru SD Pembangunan Jaya 2 Sidoarjo, dan peminat sejarah gereja


********

Kesulitan menemukan penjiplakan? Ini kukutipkan beberapa bagian yang nyaris mirip.

Klaim yang keempat adalah ajaran Yesus yang dianggap hanya bermuatan sosial dan politik. Klaim ini muncul dengan adanya buku karya Marcus Borg dan John Dominic Crossan berjudul The Last Week tentang minggu terakhir Yesus sebelum disalib. Saat itu Yesus ada di Yerusalem. Ia memasuki Yerusalem dengan menunggang seekor keledai muda. Ia mengucapkan sesuatu tentang pajak dan kekaisaran, berhadapan dengan mahkamah agama Yahudi, hingga mati disalib dengan tuduhan pemberontakan. Semuanya tampak memuat hal berbau politik. (Versi Penjiplak)

Klaim keempat adalah ajaran Yesus yang dianggap intinya bermuatan sosial dan politik. Klaim ini muncul dengan adanya buku karya Marcus Borg dan John Dominic Crossan berjudul The Last Week tentang minggu terakhir Yesus sebelum disalib. Saat itu Yesus ada di Yerusalem. Ia memasuki Yerusalem dengan menunggang seekor keledai muda. Ia menyucikan Bait Allah dengan cara yang radikal, mengucapkan sesuatu tentang pajak dan kekaisaran, berhadapan dengan mahkamah agama Yahudi, hingga mati disalib dengan tuduhan pemberontakan. Semuanya tampak memuat hal-hal berbau politik. (Versi Sidik Nugroho)

******

Klaim kelima datang dari buku The Dynasty of Jesus karya James Tabor. Dalam buku ini Tabor menolak keadaan Yesus yang lahir dari seorang perawan. Ia kemudian menitikberatkan gagasannya pada rencana Yesus untuk membangun sebuah dinasti Yahudi bersama Yakobus, Petrus dan Yohanes. Sebuah rencana yang kemudian gagal karena tampilnya Paulus yang dianggap sebagai tokoh sentral dalam PB dan meletakkan dasar bagi Kristianitas lewat ajaran-ajarannya tentang Yesus Kristus. (Versi Penjiplak)

Klaim kelima datang dari buku The Dynasty of Jesus karya James Tabor. Dalam buku ini Tabor menolak keadaan Yesus yang lahir dari seorang perawan. Ia kemudian menitikberatkan gagasannya pada rencana Yesus untuk membangun sebuah dinasti Yahudi bersama Yakobus, Petrus dan Yohanes. Sebuah rencana yang kemudian gagal karena tampilnya Paulus yang dianggap sebagai tokoh sentral dalam Perjanjian Baru dan meletakkan dasar bagi Kristianitas lewat ajaran-ajarannya tentang Yesus Kristus. (Versi Sidik Nugroho)

******

Dalam kasus tersebut, Bart Ehrman berkomentar di sini Injil Yudas menjungkirbalikkan Kristianitas. Yudas yang dianggap pemberontak karena mengkhianati Yesus dalam Kristianitas, justru menjadi pembuka jalan bagi penyaliban. Intinya, justru karena "pengkhianatan" Yudas, Yesus bisa mati tersalib. Dengan tersalibnya Yesus maka dibukalah penyelamatan bagi umat manusia. (Versi Penjiplak)

Dalam kasus ini, lagi-lagi ada Bart Ehrman juga yang berkomentar di sini bahwa Injil Yudas menjungkirbalikkan Kristianitas yang sejati: Yudas yang dianggap pemberontak dalam Kristianitas, justru menjadi pembuka jalan bagi penyaliban. (Versi Sidik Nugroho)


******

Klaim keenam, berita seputar penemuan makam Yesus. Discovery Channel membuat film dokumenter tentang ini. Klaim ini menunjuk beberapa makam yang diklaim sebagai makam Yesus dan keluarganya. Yesus dalam klaim ini beristri dan beranak. Istri, anak, dan beberapa saudara Yesus dimakamkan selokasi dengan Yesus. Namun, hasil uji DNA telah menyatakan bahwa antara makam Yesus dan sebuah makam di situ—yaitu makam Mariamne, yang diduga adalah Maria ibu Yesus—tidak memiliki hubungan darah. Selain itu, nama Yesus cukup populer pada masa itu. Josephus, seorang ahli sejarah menyebut ada 10 orang bernama Yesus saat Yesus Kristus hidup.(Versi Penjiplak)

Klaim keenam datang dari berita seputar penemuan makam Yesus. Discovery Channel bahkan sudah membuat film dokumenter tentang ini dengan James Tabor sebagai penasihat sejarah utama. Klaim ini menunjuk beberapa makam yang diklaim sebagai makam Yesus dan keluarganya. Yesus dalam klaim ini beristri dan beranak. Istri, anak, dan beberapa saudara Yesus dimakamkan selokasi dengan Yesus. Namun, hasil uji DNA telah menyatakan bahwa antara makam Yesus dan sebuah makam di situ -- yaitu makam Mariamne, yang diduga adalah Maria ibu Yesus atau Maria Magdalena -- tidak memiliki hubungan darah. Selain itu, nama Yesus cukup populer pada masa itu. Josephus, seorang ahli sejarah menyebut ada 10 orang bernama Yesus saat Yesus Kristus hidup. (Versi Sidik Nugroho)


*******

PELAJARAN BERHARGA: Jangan asal memasang resensi Anda di notes atau blog! Semoga kita semua para peresensi tetap semangat. Tetap tersenyum juga. Hihihi...

11.2.10

10 film paling romantis versiku

beberapa teman dan saudaraku tahu kalau aku tidak suka merayakan valentine. bahkan bukan hanya valentine, natal saja aku malas ke gereja. alasannya sederhana: valentine, natal, juga termasuk ulang tahun, bukanlah hari-hari yang harus kuperingati atau kurayakan. namun aku tetap mengucapkan selamat natal bila natal tiba. begitu juga selamat ulang tahun kepada teman dekat atau saudara -- kalau pas ingat. nah, kalau "selamat hari valentine" jarang sekali kuucapkan.

maka, kubuatlah daftar ini, menjadi perwakilan ucapan selamatku. sebelum menyimak, ingin kuceritakan dulu kalau aku digelari "sinemaholik" oleh arie saptaji, guruku, pada tahun 2004. sejak tahun 2003 aku suka sekali nonton film. dalam kurun waktu 2003-2006, bila dirata-rata, dalam seminggu aku bisa nonton 2-3 buah film.

mulai tahun 2007 kegiatan nonton ini agak berkurang karena aku mulai bekerja tetap sebagai seorang guru. tapi aku masih menyempatkan diri nonton, paling tidak 2-3 film -- kali ini bukan seminggu, tapi -- sebulan.

nah, film-film yang pernah kutonton tadi masih membekas dalam ingatan. kini aku menyusun 10 buah film yang menurutku paling romantis. kriterianya apa? tidak ada kriteria khusus, aku mengandalkan ingatanku akan adegan-adegan yang kuanggap romantis, atau alur yang bagiku terkisah dengan manis. pada masing-masing film, aku akan memberi sedikit keterangan mengapa film ini kuanggap romantis.

semoga daftar ini bermanfaat, terutama bagi pembaca yang hendak mencari tontonan bersama orang yang dikasihi atau samwan spesial.

***

peringkat 10: scent of a woman

al pacino berakting mantap di film ini. judul film ini mungkin seolah-olah mengisyaratkan ada seorang wanita yang bau tubuhnya membangkitkan suatu nuansa atau romantika. tidak, film ini lebih banyak berkisah tentang terciptanya persahabatan dua pria beda generasi, dan satu di antara mereka bisa mengenal parfum yang dikenakan tiap orang.

dalam rangkaian kejadian yang mempererat persahabatan itulah kita diajak menyadari bahwa kehidupan ini akan bermakna bila memiliki cinta buat seseorang. dan adegan yang tak terlupakan adalah: tango di sebuah restoran yang sepi pada suatu pagi.

peringkat 9: nicholas nickleby

inti dari film ini adalah pesan ayah nicholas nickleby pada waktu ia masih kecil: "suatu waktu, kau akan mendapatkan seseorang yang lebih baik dariku dalam mengasihimu. dan perjalanan yang paling penting dalam hidupmu adalah menemukannya."

peringkat 8: life is beautiful

roberto benigni, perannya di film ini begitu spontan dan lucu. luar biasa. kondisi politik (era nazi jerman) yang menjadi latar sejarah film ini mampu menghadirkan pemahaman mendalam akan perih dan muramnya kehidupan yang harus dijalani tiap orang pada masa itu. dan itu justru ditanggapi dengan guyonan, dengan sangat santai.

aku tidak pernah lupa adegan ketika ayah dan anak dalam film ini dibawa ke kamp konsentrasi. si anak yang ketakutan mendapati ayahnya menjadi penerjemah tentara jerman yang menyampaikan pengumuman. ayahnya, demi menghilangkan rasa takut si anak, pura-pura tahu bahasa jerman, lalu menerjemahkan pengumuman itu dengan sangat lucu. aku tertawa terpingkal-pingkal dibuatnya. dan sesaat aku lupa: aku sedang menyaksikan sebuah film yang berkisah tentang kekejaman perang.

ya, hidup ini indah.

peringkat 7: cinderella man

petinju yang menyayangi keluarganya, yang meyakinkan keluarganya bahwa ia mampu menghadapi badai krisis depresi besar di amerika, dialah cinderella man itu. film yang menggugah semangat hidup dan mengasihi.

aku tidak akan lupa adegan ketika sang petinju berkata kepada anak bungsunya di meja makan bahwa semalam ia bermimpi mendapatkan makanan yang lezat; sebabnya si anak masih lapar, dan di meja tinggal sisa makanan untuk ayahnya. anak bungsu itu pun senang mendapat kabar kalau sang ayah sudah kenyang gara-gara mimpi itu.

peringkat 6: moulin rouge

lagu-lagu yang ada di film ini sungguh indah. asmara dirayakan dengan manis juga penuh gairah. adegan-adegannya memang dirancang untuk merayakan berbagai nuansa romantika dalam kehidupan ini.

peringkat 5: baran

film yang tak berupaya memberi penjelasan alur lewat dialog, namun menjelaskan banyak hal kepada penontonnya arti pengorbanan dan cinta. yap, cinta dalam film ini tak hadir lewat puisi, bunga, atau coklat.

pesan penting yang kutangkap: memang, cinta tak hanya diam, namun cinta dapat dinyatakan lewat tindakan yang nyata -- situasi dan kondisi khusus yang membuatnya jadi tampil demikian. sekalipun bibir ini tak bergerak, tak bersuara, tindakan kita pada akhirnya akan berbicara.

peringkat 4: up

kukutipkan renunganku saja: "film kartun ini mengetuk naluri kita untuk senantiasa mengasihi. kenangan akan orang yang dikasihi, dipadu dengan memori akan kebersamaan dengannya yang membuat kita tahu apa isi hati terdalamnya, ternyata membuat hidup ini amat bermakna. ya, kebersamaan kita dengan seseorang, yang menyatukan mimpi-mimpi kita dengannya, akan menjadi hal yang paling membentuk kehidupan kita."

peringkat 3: it's a wonderful life

bila kau pernah kecewa, menganggap hidup ini tidak adil, tontonlah film ini. aku menyukai istri george bailey dalam film ini. dia bisa menjadi perwujudan anugerah tuhan. ketika george tak jadi melanglang buana, istrinyalah yang setia mendampingi hidupnya. dan ketika hidupnya hancur-lebur, istrinya pula yang mengambil inisiatif menyelamatkannya.

peringkat 2: eternal sunshine of the spotless mind

film ini lebih tepat ditujukan untuk siapa saja yang pernah kecewa karena cinta, dan masih sulit menghapus kenangan manis-getir itu di masa kini.

untuk yang satu ini, aku mengutip arie saptaji saja: "kenangan kita akan orang lain rupanya baru separuh cerita. percuma kalau kita menghapuskannya secara sepihak karena masih ada kenangan orang lain akan kita. percuma -- karena orang itu bisa menyembunyikan anda ke sudut-sudut kenangannya, ke tempat-tempat yang belum pernah anda kunjungi."

peringkat 1: city lights

chaplin di nomor satu. tak kuragukan meletakkannya di sini. sebuah film bisu dengan teknologi sederhana, dirilis tahun 1931, kupilih bukan karena supaya kelihatan "wah", namun lebih pada alasan bahwa film ini, dalam kebisuannya, justru serasa berbicara kuat sekali tentang arti cinta yang sebenarnya.

renungannya adalah: pernahkah kita memiliki -- atau menyaksikan -- sebuah hati yang penuh tekad untuk berjuang atas nama cinta? perjuangan itu dilakukan dengan tujuan utama agar orang tersebut menerima sesuatu yang terbaik bagi hidupnya, bukan semata-mata menjadi wujud keinginan kita untuk memiliki orangnya.

nah perjuangan cinta seperti itulah -- yang disertai pengorbanan dan ketulusan -- yang akan menyingkirkan kebutaan hati-nurani kita.

***

mungkin ada yang bertanya: kalau aku memilih film apa untuk kutonton akhir minggu ini? sejujurnya, tidak satu pun dari yang kusebut di atas akan kutonton lagi. kalau ada waktu luang akhir minggu ini, aku lebih penasaran nonton lagi sebuah film lain. judulnya?

drag me to hell!

***

sidoarjo, 9-10 februari 2010

10.2.10

Setia, atau Sekedar Tergila-gila?

"Sifat yang diinginkan pada seseorang ialah kesetiaannya; lebih baik orang miskin dari pada seorang pembohong." (Amsal 19:22)

Filipi 2:12-18

Tiga tahun sepasang insan ini berpacaran dengan mesra sebelum menikah. Saya menjadi saksi bagaimana keduanya menjalin hubungan dengan dedikasi, komitmen, dan loyalitas yang luar biasa. Banyak orang yang meramalkan keduanya akan langgeng hingga tua dan keriput. Namun, pernikahan mereka hanya seusia pacaran mereka.

Tiga tahun pacaran, tiga tahun pernikahan. Enam tahun kebersamaan berakhir dengan perceraian. Awal yang penuh kesan, oh, akhir yang menyedihkan. Romantika bertabur bunga di sepanjang jalan kenangan, oh, sirna di sidang pengadilan yang muram!

Kini keduanya mengambil jalan hidupnya masing-masing. Pasangan romantis itu tinggal kenangan di mata keluarga, sahabat dan rekan-rekannya.

Ketika kita jatuh cinta pada seseorang, maka hidup ini serasa penuh bunga. Senyuman termanis si dia senantiasa terkenang. Belaian tangan dan aneka percakapan menjadi lamunan-lamunan menjelang mimpi. Kita tergila-gila oleh kehadiran seseorang -- oleh asmara. Asmara -- hasrat bercinta yang menderu-deru.

Namun, kesetiaan tak ada sangkut-pautnya dengan asmara. Asmara bicara soal rasa, kesetiaan bicara soal keputusan. Di saat-saat hubungan asmara kering, tak berdaya-gugah tinggi dalam meningkatkan semangat hidup, serta serasa menemui jalan buntu, kita dituntut untuk setia. Bahkan tak jarang kita dituntut setia tanpa alasan yang cukup kuat.

Namun, bila kita bertahan, niscaya, pada akhirnya kita melihat, bahwa kesetiaan akan mendatangkan buah yang manis bagi sebuah hubungan cinta. Tetaplah mencinta, dan tetaplah setia. (~s.n~)

"Setia adalah sebuah pilihan dan keputusan untuk bertahan ketika orang atau sesuatu yang ada di dalam hidup ini rasanya lebih pantas untuk ditinggalkan."

3.2.10

delapan tahun yang lalu

jakarta dilanda banjir besar delapan tahun lalu pada bulan januari. sebulan kemudian, aku lupa tanggalnya, aku membuat cerpen berjudul "surat kakakku".

cerpen pertamaku itu kubuat di rumah kecil di jalan tembaga yang kutinggali dengan keluargaku dulu. seorang sahabatku, albert alexander namanya, menyebut rumah itu "pondok tembaga".

cerpenku kutulis menggunakan komputer tua yang dimiliki abangku. aku melantai ketika mengetik di depan monitor komputer, sambil membayangkan dua orang kakak-beradik yang kehilangan orang tua mereka karena banjir. entah kenapa, bayangan itu tiba-tiba membuat aku menangis. aku menangis sambil mengarang ceritaku.

itu pengalaman yang aneh buatku: aku menangisi imajinasiku sendiri! namun, aku merasa lega sekali merampungkan cerpenku.

sejak hari itu aku belajar juga menulis artikel dan renungan-renungan pendek. beberapa artikel yang kubuat diminta seorang teman dipasang di mading jurusan di mana aku kuliah. wah, betapa senang aku mendapati kenyataan masih sedikit teman seangkatan-sejurusan yang mau menulis. aku bahkan bebas menempelkan sendiri tulisanku di mading itu.

nah, suatu ketika aku menempelkan sendiri sebuah tulisanku yang berjudul "kasih, komitmen dan kematian". judul itu ternyata cukup kuat menyapa para pembaca. dua minggu setelah tulisanku itu kutempel, seorang teman yang aku ingat betul namanya (dwi harya andihamsyah) menempelkan tulisannya yang berisi balasan atas tulisanku.

saat-saat itu aku merasa seperti martin luther yang menempelkan 95 dalil teologinya di pintu gereja wittenberg. uh...

waktu terus berlalu, suatu hari di bulan september 2002 ada kabar yang aku terima kalau kampusku mengadakan lomba menulis dalam rangka merayakan bulan bahasa. setengah iseng kuikutkan cerpen "surat kakakku" yang kukarang tujuh bulan lalu.

nah, pada suatu hari di bulan november 2002, seorang temanku yang lain, yang masih kuingat juga namanya (fety latifatul) menepuk pundakku. ia menyuruhku melihat papan pengumuman di fakultas. kutanyakan ada apa, dia bilang lihat saja.

oh la la... ternyata aku menjadi pemenang ketiga dalam lomba penulisan cerpen di kampusku! betapa senang aku mendapat uang 75ribu dan sebuah sertifikat.

pengalaman itu membuat aku yang sejak sma tidak pernah suka menulis, makin keranjingan menulis. kebutuhanku akan bacaan yang bisa kujadikan acuan dalam menulis semakin besar jadinya.

demi membeli buku, koran, majalah, dan sesekali menonton film, aku bekerja sebagai guru les privat, menitipkan jualan telur puyuh matang ke beberapa warung stmj (tiap plastik kuisi lima butir) dan teratur menulis cerpen atau artikel.

di saat-saat itu aku sering menulis cerpen di dapur rumahku, karena rumah kecil tempat tinggal keluargaku diisi banyak saudaraku. kamar-kamar penuh sesak. aku memasang sebuah papan dengan bantuan dua siku besi untuk menulis. aku membuat sebuah lemari yang menempel di dinding dari beberapa papan bekas untuk meletakkan buku-buku yang kubeli. beberapa cerpenku yang kubuat dari dapur rumahku sempat nyangkut di majalah-majalah anak muda.

sayangnya, semua kegiatan ini membuat kuliahku jadi molor. belum lagi pelayanan di gereja yang cukup banyak, membuatku makin kesulitan membagi waktu. dan pelayanan yang kupegang seringkali tak sederhana. dalam rentang tahun 1997 hingga 2006 aku lebih sering diminta jadi ketua atau sebutlah pemimpin (ketua pengajaran pemuda, ketua tim musik, gembala kelompok sel, ketua perpustakaan, ketua pemuda, pimpinan redaksi tabloid internal gereja, bahkan ketua dewasa muda).

namun, semua kesibukan pelayanan ini anehnya tak pernah membuat minatku pada dunia tulis-menulis turun. selalu saja ada yang kutulis. tulisanku makin banyak dan banyak. kalau sekarang kau masuk ke kamar kosku, aku bisa menunjukkan tumpukan naskah dengan tinggi sekitar 20 cm yang semuanya pernah ditolak. gara-gara membaca "bag of bones"-nya stephen king, aku masih menyimpan naskah-naskahku itu.

ada naskah cerpen, artikel, novelet, novel, dan puisi dalam tumpukan itu. belum lagi yang tak kubuatkan versi print-out-nya, yang nempel di hard-disk laptop tuaku. atau bahkan yang sudah tidak bisa lagi dibuka karena kusimpan dalam bentuk cd dan cd-nya sudah tergores.

kadang aku sendiri heran mengapa aku masih menulis hingga sekarang.

sejak aku bekerja sebagai guru pada tahun 2007, aku tidak lagi terlibat dalam pelayanan di gereja. sekolah di mana aku bekerja sekarang memiliki agenda dan acara yang cukup padat -- maklum sekolah swasta. para guru bekerja dari jam 7 pagi hingga 4 sore, kecuali guru honor. seorang teman pernah terheran-heran kok masih sempat saja aku menulis; apalagi mengingat tulisan-tulisan yang kubuat selama ini lebih banyak gagal terpublikasikan di media cetak atau dibukukan, sehingga otomatis tak banyak mendatangkan uang.

namun, aku sudah terlanjur menyukai tulis-menulis. aku akan terus menulis. mungkin penyebab utamanya: pengalaman delapan tahun lalu itu, ketika aku pertama kali menuliskan cerpenku di pondok tembaga sambil melantai, tak akan pernah terlupakan.

sidoarjo, 2.2.2010